Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rinrin Marinka, "Agen Rahasia" Dapur

Kompas.com - 24/08/2011, 14:22 WIB

KOMPAS.com - Pukul 12.40, Marinka muncul seperti bunga yang mekar di siang bolong. Ceria dalam balutan gaun mini merah jambu berbahan ringan dan melambai, serta sepatu berhak tinggi warna hitam. Wangi menyegarkan Lovely dari Sarah Jessica Parker samar-samar terseruak dari tubuhnya. Hm, panasnya Jakarta siang itu sepertinya langsung termaafkan. Lovely....

”Malu kalau ditanya cita-cita waktu kecil. Aku ingin jadi agen rahasia,” celoteh pemilik nama lahir Maria Irena Susanto (31) ini saat kami berbincang di dapurnya yang kelak akan menjadi kelasnya mengajar masak-memasak.

Marinka atau lebih sering disapa Rinrin sebenarnya telah sering menjadi chef host dalam berbagai acara memasak di televisi. Akan tetapi, sejak menjadi juri dalam tayangan reality show MasterChef Indonesia, sosoknya mulai dikenal lebih luas. Pengikutnya di Twitter pun bertambah banyak. Bahkan, menu pencuci mulut bernama Tropical Dream yang diciptakannya secara mendadak dalam tayangan MasterChef sempat menjadi trending topic keempat di Twitter.

Dalam tayangan MasterChef, si lajang ini tampak matang dan dewasa. Akan tetapi, siang itu Rinrin seolah ingin menunjukkan sisi dirinya yang berbeda, yang lebih santai. Gaya bicaranya lepas, tak serba terkendali seperti di televisi. Rinrin bahkan tak ragu-ragu berpose dalam aneka ekspresi, dari kenes sampai galak. ”Eh, aku juga bisa galak lho,” ujar Rinrin kurang meyakinkan.

Bungsu dari tiga bersaudara ini dibesarkan di keluarga pengusaha. Ayahnya, Agus Susanto, pendiri perusahaan yang di antaranya mengelola sistem penyejuk ruangan. Meski begitu, Rinrin tak tergerak untuk ikut mengelola bisnis keluarganya.

Seiring perkembangan dirinya, Rinrin tertarik pada dunia seni. Dia sempat ingin mendalami dunia fine art, tetapi pihak keluarga ragu dengan pilihannya. Sementara, di sisi lain, hobinya memasak amat dinikmatinya sejak kecil. Di masa kanak-kanaknya, Rinrin sudah terbiasa bereksperimen di dapur. Ibunya yang tak terlalu sering masuk dapur pun membiarkan dia bermain-main di dapur. Jadilah Rinrin kecil mulai coba-coba membuat bolu—yang berakhir bantat—di usia tujuh tahun.

Galau
Selepas masa sekolah di SMA Pelita Harapan tahun 1996, Rinrin melanjutkan pencarian dirinya ke Sydney, Australia, untuk belajar desain, khususnya fashion design, di KVB Institute College. Lulus tahun 2002, Rinrin malah dilanda kegalauan. Meski dia menyenangi dunia rancang mode, seperti ada panggilan lain yang membisikinya. ”Galaulah ceritanya waktu itu. Saat itu aku pikir fashion sepertinya bukan duniaku yang sesungguhnya,” kata penggemar masakan Korea ini.

Lulus sekolah desain tahun 2002, Rinrin dengan hati mantap akhirnya memutuskan untuk sekolah lagi, yakni mengambil diploma French Cuisine and Patisserie di Le Cordon Bleu, masih di Sydney, Australia. Dunia seni memang dicintainya dan bagaimanapun memasak baginya adalah suatu seni yang tak habis-habis untuk dieksplorasi. Keluarganya pun akhirnya mendukung. Rinrin menggarisbawahi bahwa dirinya bukanlah spesialis membuat pastry saja. Sebab, di sekolah itu dia mempelajari seluruh teknik memasak, tak hanya pastry.

Kemantapan hatinya itu menjadikan Rinrin amat berenergi. Lokasi sekolah yang jauh di pinggiran Sydney membuat Rinrin saban hari pukul 04.30 harus sudah mengejar bus demi masuk kelas tepat pukul 08.00. ”Selama dua tahun sekolah itu adalah salah satu masa terbaikku. Aku semangat sekali dan enggak pernah sakit sama sekali sehingga tidak sampai kelewatan satu kali pelajaran pun,” kenang Rinrin.

Baginya memasak adalah perayaan dalam menikmati hidup. Kala hatinya senang, dia memasak dengan ditemani iringan musik. Kala hatinya sedih, Rinrin menulis puisi. Luka-luka sayatan pisau di tangannya tak membuatnya kapok apalagi bersedih. Hal itu justru membuat jari jemarinya yang lentik tapi kokoh itu kian terampil memasak.

Di sela-sela keasyikannya terus bereksperimen di dapur, pada akhirnya Rinrin rupanya tak benar-benar meninggalkan dunia rancang mode. Bersama rekannya, Cynthia Sutisna, tahun 2010 Rinrin membuka butik di Plaza Indonesia dengan mengusung merek lokal ciptaannya, Badha. Rinrin mendesain aneka tas perempuan untuk butik tersebut. Bahkan, Rinrin pun mendesain apron atau celemek masak yang atraktif serta jaket chef perempuan yang funky berpotongan backless.

Selain meneruskan rencana mengajar memasak, cita-cita Rinrin kini ingin sekali menjadi ”agen promosi” masakan Indonesia di arena internasional. Dia sudah memikirkan beberapa pilihan rencana, tetapi berbisik untuk tidak dipublikasikan terlebih dahulu. Maklumlah, ini misi rahasia ”agen” Marinka....

(Sarie Febriane)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com