Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Anak Mendengkur

Kompas.com - 12/09/2011, 04:12 WIB

Jakarta, Kompas - Orangtua perlu waspada jika anaknya tidur mendengkur. Apalagi, selama mendengkur, anak mengalami gangguan pernapasan, yang ditunjukkan dengan tersedak dan terbangun.

Hal itu dikemukakan Bambang Supriyatno (50), Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam pidato pengukuhan sebagai Guru Besar berjudul ”Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) pada Anak: Ikhtisar Perkembangan Mutakhir”, Sabtu (10/9) di Jakarta. OSAS adalah penyakit gangguan tidur karena sumbatan jalan napas atas dengan gejala utama mendengkur.

Dengkuran pada anak, termasuk bayi, tidak dapat diabaikan atau dianggap akibat kelelahan. Menurut dia, jika tidak ditangani dengan baik, hal itu nantinya dapat menyebabkan komplikasi, seperti hiperaktif, mengantuk di sekolah, gangguan belajar, dan gangguan pembuluh darah.

”Jika menjumpai anak yang tidur mengorok atau mengalami gangguan pernapasan saat tidur, orangtua perlu segera memeriksakan anak ke dokter,” kata dia.

Jalan keluar adalah melakukan pengangkatan amandel.

Survei antropometri

Sebelumnya, Jose Rizal Latief Batubara (59) juga dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak dengan pidato berjudul ”Monitoring Pertumbuhan Anak, Suatu Upaya untuk Meningkatkan Kesejahteraan Anak”.

Jose memaparkan pentingnya pemeriksaan dan pemantauan pertumbuhan anak, misalnya lewat survei antropometri. Pada masyarakat, survei itu dilakukan untuk mengukur prevalensi gizi kurang, gizi lebih, dan mengidentifikasi masyarakat yang membutuhkan bantuan gizi.

Data antropometri yang merefleksikan ukuran tubuh manusia merupakan hasil dari semua faktor yang memengaruhi pertumbuhan, baik faktor genetika, lingkungan, gizi, hormonal, maupun kesehatan lingkungan. Berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala merupakan parameter antropometri yang sering digunakan dalam menilai pertumbuhan anak.

”Hal ini dapat merefleksikan keadaan lingkungan masyarakat ataupun keadaan sub-populasi sehingga memungkinkan kita membandingkan dalam populasi itu ataupun antarnegara,” kata Jose. (ICH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com