Konsultasi kesehatan tanpa antre dokter
Temukan jawaban pertanyaanmu di Kompas.com
Oleh dr Andreas Prasadja, RPSGT
Sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Annals of Internal Medicine menunjukkan bahaya mengendara bagi penderita sleep apnea. Kelompok peneliti dari Australia tersebut menyatakan, penderita sleep apnea yang tidak dirawat lebih rentan terhadap alkohol dan kekurangan tidur dibanding orang sehat yang tidak mendengkur, sehingga memiliki risiko tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas.
Mendengkur dan hipersomnia
Sleep apnea adalah sebuah gangguan tidur yang ditandai dengan tidur mendengkur dan rasa kantuk berlebihan (hipersomnia). Penderita sleep apnea mengalami penyempitan saluran nafas sehingga nafasnya terhenti berulang kali sepanjang malam. Karena sesak, otak penderita akan terbangun-bangun tanpa terjaga. Sayangnya henti nafas ini, di mata orang awam hanya dikenali sebagai ngorok atau mendengkur.
Efek kantuk yang disebabkan sleep apnea tidak dapat dianggap remeh. Sebuah laporan di Amerika menyatakan angka kematian hingga 1.400 per tahunnya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang berkaitan dengan penderita sleep apnea. Sedangkan di Inggris disebutkan bahwa penderita OSA (obstructive sleep apnea), mengalami kecelakaan lalu lintas 2-7 kali lebih sering dibanding orang lain.
Ini dialami oleh seorang masinis Shinkansen (kereta cepat) di Osaka yang sudah beberapa waktu sering merasa lelah dan mengantuk tanpa bisa menjelaskan alasannya. The Japan Times (3 Maret 2003,) melaporkan bagaimana ia tertidur selama 8 menit sehingga kecelakaan pun terjadi. Di kemudian hari, terungkap bahwa si masinis ternyata menderita sleep apnea.
Sementara Kyodo News, 7 Juli 2004, memberitakan seorang pilot penerbangan domestik yang tertidur di kokpit ternyata juga menderita sleep apnea. Lain lagi yang dialami oleh seorang penerbang pesawat tempur F-16s AU Amerika yang harus di-grounded karena menderita gangguan tidur yang sama (Salt Lake Tribune, 14 Agustus 2003)
Penelitian Ilmiah
Pada penelitian terbaru, kemampuan mengendara diujikan pada 38 penderita sleep apnea yang tidak dirawat dan 20 peserta normal. Penelitian tersebut juga menguji ketahanan penderita terhadap kekurangan tidur dan alkohol. Kedua faktor ini telah diketahui sebagai faktor utama yang menurunkan kemampuan mengendara seseorang.
Awalnya pengemudi yang menderita sleep apnea mengalami kesulitan untuk tetap berada di jalurnya. Bahkan kebanyakan mengalami tabrakan selama 90 menit pengujian itu.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.