Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos: Pewarnaan Rambut Bikin Rontok dan Beruban

Kompas.com - 12/10/2011, 09:23 WIB

KOMPAS.com - Di Indonesia, hanya 16 persen perempuan dan 14 persen laki-laki yang menggunakan pewarna rambut. Selebihnya, masih banyak orang yang enggan mewarnai rambutnya dengan sejumlah alasan, salah satunya khawatir rambut rusak, rontok dan beruban.

Padahal, mengenai masalah uban, 45 persen dari mereka yang menggunakan pewarna rambut mengakui, solusi masalah uban adalah dengan menutupinya menggunakan pewarna rambut. Angka dan data ini merupakan hasil studi Research International pada 2008 terhadap 601 perempuan Indonesia usia 25-50 dan sekitar 200 laki-laki Indonesia.

Kekhawatiran banyak orang untuk mewarnai rambut semakin dikuatkan akan minimnya edukasi mengenai pewarnaan rambut. Banyak orang yang masih tak bisa membedakan mitos dan fakta.

Mitos: pewarnaan rambut mempercepat pertumbuhan uban.
Fakta:
rambut beruban merupakan sebuah proses alami yang akan muncul seiring pertambahan usia. Sementara proses pewarnaan rambut lebih berfungsi untuk menurupi rambut beruban tersebut.

Setiap bulan, rambut tumbuh sepanjang 1-1,5 cm termasuk rambut beruban. Pertumbuhan inilah yang menyebabkan proses pewarnaan rambut seakan-akan memicu timbulnya rambut beruban. Padahal, rambut beruban yang tadinya sudah tertutupi pewarna rambut, memang terus bertumbuh panjang. Artinya, bukan timbul uban baru melainkan uban lama yang bertumbuh. Karenanya, saat menggunakan pewarna rambut, terutama untuk menutupi uban, sebaiknya diaplikasikan secara rutin dengan touch-up.

Mitos: pewarnaan rambut mempercepat kerontokan rambut.
Fakta:
seperti halnya rambut beruban, kerontokan rambut merupakan salah satu fase alami dalam rambut manusia. Setiap orang mengalami tiga fase pertumbuhan rambut. Rambut rontok merupakan proses alami ketiga dalam fase tersebut.

Rambut rontok dapat dikatakan wajar, jika jumlah rambut rontok berkisar antara 50-100 helai. Beberapa faktor pemicu kerontokan rambut di antaranya:
* Perubahan hormon.
* Pertambahan usia.
* Faktor genetis.
* Stres.

Sumber: Garnier Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com