Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Body Dysmorphic Disorder", Kalau Bersolek Bisa Aduhai

Kompas.com - 21/12/2011, 11:33 WIB
Halo Prof

Konsultasi kesehatan tanpa antre dokter

Temukan jawaban pertanyaanmu di Kompas.com

KOMPAS.com -  "Payudara saya kecil sekali dokter, lihat nih", kata pasien sambil membuka branya. "Ya kan dokter?" Imbuh Ibu yang masih muda dan cantik itu lagi, seolah-olah ingin meyakinkan saya bahwa payudaranya memang kecil.

"Hmmm, payudara sebesar ini masih dirasakan kecil, yang besar gimana lagi", gumam saya dalam hati. "Saya lihat payudara Ibu ini cukup besar, mungkin lebih daripada rata-rata ukuran payudara orang Indonesia", kata saya. "Tidak dokter, saya lihat punya teman saya besar-besar dokter, saya ingin punya payudara seperti mereka", sambung pasien itu.

Mendengar keluhan pasien ini, saya ingat cerita seorang Ibu muda yang tidak pernah merasa puas dengan ukuran payudaranya dalam suatu tayangan di saluran National Geographic. Ceritanya kira-kira begini, Ibu beranak dua ini, sebut saja Ny M, tapi bukan Melinda, selalu merasa, berpikir bahwa payudaranya kecil. Perasaan ini sudah dirasakannya sejak usia remaja. Akibat pikirannya yang selalu dibayangi oleh perasaan ini, merasa ada yang kurang dalam dirinya sebagai seorang wanita, dia menjadi tidak percaya diri tidak menarik, cantik, seksi dan sebagainya.

Ny M ini sangat terobsesi dengan payudara yang lebih besar, "payudara yang besar adalah impian saya, saya tidak mungkin hidup bila impiaannya itu tidak terpenuhi, biarlah saya hidup dengan impian itu", katanya dalam tayangan itu.

Untuk memenuhi impiannya itu, dia menjalani operasi kosmetik. Sudah beberapa kali operasi dilakukan, tapi dia tidak pernah merasa puas. Terakhir kali, waktu dokter bedah plastik langganannya menolak untuk melakukan operasi lagi, dia pergi ke dokter bedah plastik lain di luar Amerika, pada hal menurut komentar dokter langganannya itu, payudaranya sudah sangat besar, hampir sebesar bola basket.

Kasus Ny M ini, dalam Ilmu kedokteran dikenal sebagai Body Dysmorphic Disorder (BDD), suatu kelainan mental kronis dimana seseorang (anda) tidak dapat berhenti berpikir tentang kekurangan penampilan fisik anda. Kekurangan ini bisa saja sangat sederhana, atau bahkan hanya imajinasi saja, sehingga ada yang mengatakan kelainan ini sebagai ugly imagination. Bagi anda penderita BDD ini, kekurangan yang dirasakan kadang-kadang dapat membuat anda menjadi sangat malu, untuk tampil di depan umum, anda malu bertemu, dilihat orang lain, dan dalam bentuk berat anda suka mengurung diri dan bahkan bunuh diri.

BDD ini dikenal juga sebagai dysmorphophobia, ketakutan atas adanya deformitas yang dirasakan oleh seseorang. Ketakutan, kecemasan yang sangat berlebihan terhadap cacat, ketidaknormalan pada fisik, yang bagi orang lain dianggap biasa-biasa atau normal saja.

Jadi, bila anda mengalaminya, anda akan selalu terobsesi dengan penampilan anda. Anda dapat merasa kurang menarik, tidak percaya diri, dan sebagai contoh, bila anda bersolek, anda dapat berlama-lama bercermin, menatap wajah anda yang anda pikir tidak cantik, buruk, tidak normal. Bisa saja anda berpikir hidung anda terlalu pesek, alis mata anda tidak menarik. Persoalan kecil bagi orang lain, seperti jerawat dapat menjadikan masalah besar bagi penderita BDD ini.

Bentuk panggul yang dianggap kurang padat, tidak berisi, tidak seksi, atau tidak bahenol juga sering merasuki pikiran penderita BDD wanita. Panggul yang sudah besar sekalipun dianggap belum cukup.

Maka tidak heran, penderita ini dalam sehari-hari bisa berjam-jam lamanya di depan kaca, bolak balik hanya sekedar mematut-matut panggulnya itu. Mungkin dia berpikir panggul ini kok kecil, tidak seksi, harus pakai rok yang bagaimana supaya kelihatan lebih seksi, atau apa perlu diganjal dan sebagainya,  Apa pun yang dilakukannya untuk memanipulasi panggulnya itu, penderita selalu merasa tidak pernah puas, tidak percaya diri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com