Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dian Pelangi, Busana Muslimnya Menembus Pasar Dunia

Kompas.com - 07/01/2012, 10:29 WIB

KOMPAS.com - Dian Pelangi (20) menjadi salah satu pelangi dalam Jakarta Fashion Week November lalu. Seusai menggelar karya pada pekan mode itu, sejumlah penggemar menyerbu Dian. Mereka meminta tanda tangan dan berfoto bersama. Penggemarnya adalah gadis-gadis muda anggota komunitas Hijabers.

Dian memang beken di kalangan generasi muda yang menamakan diri komunitas Hijabers itu. Anak-anak muda rela antre untuk mendapatkan koleksi baru busana muslimah karya Dian. Ia menjadi acuan dalam hal mode busana muslimah.

Dian ingin perempuan muslim selalu tampil fashionable. Di beberapa kota, seperti Aceh, Bandung, dan Makassar, Dian rutin berbicara tentang mode busana muslimah. Ia kini hampir tak pernah ada di rumah karena padatnya jadwal sebagai pembicara sekaligus memperagakan cara berjilbab.

Kami menemui Dian yang ramah dan murah senyum di salah satu butik miliknya di Bintaro, Tangerang, Banten. Matanya yang bulat besar selalu lekat menatap lawan bicara. Dian terlihat lebih dewasa daripada usianya. Pencapaian yang diraihnya juga melesat jauh melampaui umurnya. Karya-karyanya telah menembus pasar dunia. Putri Basma Bint Talal dari Jordania menjadi salah satu pelanggannya.

”Kadang saya merasa terlalu muda. Tapi, jika terus berpikiran begitu, saya tidak akan mencapai apa-apa,” kata Dian.

”Harus kerja keras waktu muda, tapi buahnya manis. Saya bangga jadi inspirasi anak muda,” kata perempuan yang bernama lengkap Dian Wahyu Utami ini.

Bisnis orangtua
Ketika Dian lahir, orangtuanya mulai berbisnis kerudung dari kain pelangi Palembang. Butik busana muslim itu lalu dinamai Dian Pelangi yang kini menjadi nama merek sekaligus nama julukan Dian.

Dari kecil, Dian sudah dipersiapkan orangtuanya untuk melanjutkan bisnis keluarga. Ada satu masa ketika Dian merasa hidupnya terlalu diatur. Ia sempat berontak ketika ”dipaksa” sekolah di Jurusan Tata Busana SMK I Pekalongan, Jawa Tengah.

”Dulu sempat nangis-nangis tiap pulang sekolah karena dicibir teman-teman sebaya, dikiranya Dian cuma akan jadi tukang jahit,” tambah Dian.

Sebagian dari teman-teman SMK-nya itu kini sudah menjadi karyawan Dian. Begitu lulus SMK, Dian ingin sekolah di Milan, Italia, atau Paris, Perancis, tetapi dilarang dengan alasan masih di bawah umur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com