Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andara Ayudini: Langkah Kecil yang Membuka Jalan

Kompas.com - 24/01/2012, 10:50 WIB

KOMPAS.com - Suatu siang Andara Rainy Ayudini (25) sibuk memilih batik bersama sang ibu. Kebetulan di sebuah kafe di bilangan Jakarta Selatan, di mana kami bertemu, dijual berbagai jenis kain asli Indonesia. Ia memutuskan membeli tiga lembar batik lasem dalam berbagai motif. ”Nanti saat foto aku pakai batik…” katanya. Jauh di lubuk hati perempuan kelahiran Jakarta ini, batik menempati bilik khusus. Ia bukan sekadar kain yang bisa didesain menjadi beragam jenis pakaian. Batik sudah menjadi simbol kecintaannya terhadap kultur dan bangsa Indonesia. Bahkan, dalam diri Andara Rainy Ayudini, begitu nama lengkapnya, batik ibarat gelora nasionalisme yang mengalir deras dalam darahnya.

Itulah sebabnya, ketika negara tetangga memperkenalkan batik sebagai busana nasional mereka dalam kontes Miss Tourism International tahun 2009, hati Andara seperti dirobek-robek. ”Sakit, sakit banget, tetapi sebagai peserta yang mewakili Indonesia aku harus menahan diri,” tutur Andara. Bibirnya yang ranum bergerak memperlihatkan kegeraman yang dalam.

Dalam kontes di Malaysia itu Andara akhirnya dinobatkan sebagai Miss Friendship International dan Top 10 Miss Tourism International. Di situ ia bersanding bersama para perempuan cantik dan pintar dari seluruh dunia.

Andara menganggap penobatannya sebagai None Jakarta 2007 dan Putri Pariwisata 2009 ibarat pintu pembuka jalan untuk memasuki realitas hidup sesungguhnya. Dalam satu kunjungan ke Australia, ia bertemu dengan pelajar Indonesia bernama Rommy Begenk. Bersama para pelajar Indonesia di Australia, Belanda, dan Indonesia lainnya, Rommy dan Andara kemudian mendirikan Civismo Foundation. ”Civismo itu bahasa Spanyol yang artinya semangat masyarakat,” ujar Andara yang didaulat sebagai public relation dalam kepengurusan yayasan.

Civismo, kata Andara, bergerak untuk memberi motivasi kepada anak-anak panti asuhan dan murid-murid Indonesia yang kurang mampu. ”Kami merekrut sukarelawan sejak tahun 2009 untuk mengajar di sekolah-sekolah Indonesia, terutama bagaimana membuka cakrawala cita-cita anak bangsa,” kata Andara berapi-api.

Anak Indonesia
Ia melihat banyak sekali anak Indonesia yang pintar, tetapi karena hanya hidup dalam lingkungan yang terbatas dan serba kekurangan sering kali hanya menyerah dan pasrah. ”Nah, tugas kami di Civismo membukakan jalan...” tutur perempuan berdarah Minang-Jawa ini. Matanya yang tajam tak lepas dari beragam batik dan kain Indonesia yang dipajang di dinding. Tampak Andara sangat menikmati Kamis (19/1/2012) siang yang cerah saat kami bertemu. Tetapi sesiang itu, hanya sepotong pizza dan segelas jus yang mengisi perutnya.

”Sedang diet..?”

”Ah enggak kok, kenyang aja…” balasnya. Sedikit manja.

Kata Andara, ia salut benar kepada sahabat-sahabatnya di Civismo. ”Mereka tetap memutuskan tinggal di luar negeri untuk mengumpulkan dana agar kegiatan Civismo membantu anak-anak Indonesia bisa terus berjalan,” katanya.

Civismo kini, misalnya, sedang melakukan pendampingan terhadap sejumlah anak di SMP dan SMK Bina Insan Tangerang (Bintang), Banten. Tak jarang dalam pendampingan itu para pengurus yayasan harus bantingan untuk menjalankan program. Bahkan, beberapa pengurus, termasuk Andara, secara pribadi memberi beasiswa kepada anak yang dianggap patut diberi motivasi untuk maju. ”Ya sejak beberapa lama aku memberi beasiswa kepada seorang murid perempuan. Kecil saja, tetapi mudah-mudahan itu besar artinya…” ujar Andara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com