Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolektor Barbie: Dari Liz Taylor hingga Barbie Batik

Kompas.com - 22/02/2012, 17:29 WIB

Saking berharganya, Aling tak pernah mengizinkan orang lain membersihkan barbie miliknya. Empat bulan sekali biasanya ia memeriksa apakah ada koleksi pajangan barbie yang kotor, meskipun barbie dalam diorama seluas masing-masing sekitar 10 meter persegi itu sudah disimpan dalam kondisi vakum.

Diorama milik Aling sudah mirip dengan museum barbie. Kenikmatan memelototi barbie satu per satu semakin menyenangkan karena kafe itu dilengkapi musik. Suasananya pun sangat nyaman dilengkapi poster-poster aneka bintang seperti gitaris Santana.

Koleksinya juga dilengkapi dengan barbie tokoh desainer dunia yang merancang barbie seperti Devi Kroell dan Betsey Johnson. Meski tak serius mempelajari sejarah pembuatan setiap barbie, Aling maupun Dewi tertular kreativitas para desainer itu. ”Ada kepuasan ketika memandang dan mendandani boneka-boneka itu. Apalagi jika susah mendapatkannya,” kata Dewi.

”Barbie” batik
Aling juga suka sekali mendandani barbie. Dengan pengalaman sebagai pemilik butik, ia mulai mendesain beragam baju mungil yang dipasangkan di boneka barbie. Dengan tekun ia merajut baju seputih salju bagi malaikat-malaikat mungilnya.

Akhir-akhir ini, Aling gemar menggunakan kain tradisional batik demi mempercantik si barbie. Tiga tahun lalu, Aling menggelar lomba desainer baju barbie dengan bahan batik untuk memperebutkan piala istri Wakil Gubernur Jawa Barat, Shandy Yusuf. ”Banyak yang kreatif dari membuat kebaya hingga gaun batik,” ucapnya.

Aling jatuh hati pertama kali pada barbie tahun 1998. Kala itu, ia tertarik ketika melihat koleksi barbie milik seorang teman. Boneka barbie pertamanya berupa bidadari cantik dari seri fantasi. ”Yang aku koleksi yang aku suka. Aku baru beli kalau mukanya cantik dan bajunya bagus. Barbie-barbie zaman awal aku tidak suka karena tidak secantik sekarang,” ujarnya.

Ketika masih kanak-kanak, Aling justru sama sekali tak memiliki barbie karena harganya yang selangit. Barbie yang dikoleksinya berharga Rp 500.000 hingga 1.000 dollar AS.

Bagi Aling, barbie bukanlah barang mainan. Tiga anak perempuannya pun sama sekali tak suka bermain barbie dan lebih memilih boneka beruang teddy.

Barbie diciptakan oleh Ruth Handler untuk perusahaan mainan Mattel pada 1959. Figur barbie setinggi 12 inci berambut panjang yang cantik rupawan kemudian dirancang. Meski mencintai barbie, Aling menegaskan ia tak harus mengubah penampilannya menjadi mirip barbie.

Selain orang dewasa, barbie tetap dicintai oleh anak-anak. Deasy Cendani Casillas dari Jakarta mengaku membebaskan anaknya yang tergila-gila pada barbie sejak usia 2,5 tahun hingga kini berusia 12 tahun. ”Saya pasti mendukung karena keceriaannya tidak terbayar dengan apa pun,” ujar Deasy.

(Mawar Kusuma)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com