Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuliner Indonesia Sulit Jadi Warisan Dunia?

Kompas.com - 09/03/2012, 17:34 WIB

KOMPAS.com - Melanjutkan rangkaian kampanye agar semur dicatatkan dalam inventarisasi Intangible Cultural Heritage UNESCO, kini Kecap Bango menggalang dukungan dari generasi muda. Bango mengajak para siswa SMK Jayawisata I Menteng mengikuti langkah yang telah dilakukan komunitas-komunitas kuliner di Indonesia untuk turut melestarikan semur sebagai warisan kuliner Nusantara.

Pendekatan terhadap generasi muda ini berangkat dari keprihatinan Bango mengingat generasi sekarang lebih familiar dengan makanan cepat saji, atau makanan internasional. Akibatnya, mereka makin asing dengan masakan Nusantara.

"Kami sedikit prihatin karena anak muda kalau nongkrong biasanya ingin makanan praktis dan cepat. Nggak apa-apa sih nongkrong, tapi cobalah untuk tetap ingat dengan makanan Nusantara. Kuliner asli Nusantara itu ada di mana-mana, at least sekarang tahu dulu deh (keberadaan makanan ini). Masaknya juga mudah dan enak," tutur Agus Nugraha, Senior Brand Manager Bango, di SMK Jayawisata I, Jakarta, Rabu (7/3/2012) lalu.

Keistimewaan semur bukan hanya dari rasanya yang enak. Masakan yang banyak menggunakan rempah-rempah ini tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, mencerminkan keberagaman olahan semur yang sangat kaya. Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri, baik dari citarasanya, maupun dari nilai-nilai budaya di baliknya. Karena itu Anda tak hanya akan menemukan semur dengan daging sapi, ayam, atau telur, tetapi juga bandeng, cumi, lidah, soun, hingga terong.

Anak muda, menurut Chef Ragil Imam Wibowo, perlu tahu nilai-nilai filosofi di balik hidangan semur. "Suatu saat, setelah mereka bekerja sebagai chef di hotel, mereka tidak cuma bisa memasaknya, tetapi juga tahu nilai-nilai historinya. Pada akhirnya, makanan Indonesia akan dikenal oleh masyarakat dunia," ujar Chef Ragil, yang hari itu mendemokan resep Semur Bandeng Surabaya, Semur Soun Jogjakarta, dan Semur Lidah Bali.

 

Barangkali akan timbul pertanyaan, mengapa semur yang diajukan sebagai warisan budaya dunia tak benda asli Indonesia? Mengapa bukan rendang, atau makanan Nusantara lain yang tak kalah lezat?

Setelah ditelisik, ternyata tidak banyak makanan Indonesia yang mengandung nilai filosofis. Selain itu, tak semua hidangan Nusantara tersebar secara merata di wilayah Indonesia. Rendang, misalnya, secara spesifik terdapat di Sumatera, berbeda dengan semur yang tersebar di penjuru Indonesia. Banyak dari hidangan semur di daerah-daerah menyimpan nilai budaya yang kuat. Semur Andilan dari Betawi, misalnya, memiliki nilai gotong royong dan kebersamaan karena daging kerbau dibeli secara saweran. Di Ternate, semur adalah makanan para bangsawan.

"Nilai sejarahnya yang masih terus ditelisik, karena yang dikira masakan Indonesia, ternyata bukan. Tumis tempe itu, ternyata dari China. Jadi, susah dan lama mencari jenis makanan yang benar-benar asli Indonesia. Perlu biaya dan effort yang cukup besar," jelas Ragil.

Saat ini, semur dinilai telah memenuhi beberapa syarat untuk didaftarkan sebagai salah satu warisan budaya dunia. Toh, bukan langkah yang mudah untuk melakukan kampanye ini. Selama ini tak cukup bukti-bukti atau data yang dapat mendukung upaya tersebut, karena informasi mengenai semur amat sulit diperoleh. Bango juga masih terus mencari dukungan dari komunitas-komunitas kuliner di Indonesia seperti Jalansutra, juga produsen dan asosiasi yang berhubungan dengan kuliner, yang merupakan syarat lain yang harus dipenuhi.

Data yang dikumpulkan oleh Bango kini telah disusun dalam bentuk buku, yang siap diluncurkan tak lama lagi. "Nanti hasilnya pasti akan di-share. Tapi, proses ini masih panjang. Bango dalam hal ini hanya sebagai perantara. Yang akan mendaftarkan (ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage) itu pemerintah Indonesia," tukas Agus.

Anda sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, bisa ikut mendukung kampanye ini dengan belajar memasak semur, menikmatinya, dan mengetahui kisah-kisah menarik di baliknya. Kemudian, ajak seluruh keluarga dan teman-teman untuk melakukan hal yang sama. Semakin besar dukungan komunitas dan masyarakat tentu akan semakin memuluskan jalan semur untuk mendapatkan pengakuan dari dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com