Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saling Tukar Resep di Milis MPASI

Kompas.com - 19/03/2012, 21:27 WIB

KOMPAS.com - Ketika anak pertamanya, Kenzi, menginjak usia enam bulan dan harus mengonsumsi makanan pendamping air susu ibu (MPASI), Nandra Janniata (29) sempat panik. Ia tinggal jauh dari orangtua, bekerja di kantor, dan sama sekali tidak bisa memasak.

Bertekad memberikan asupan terbaik bagi Kenzi, Nandra lalu mencari resep makanan rumahan di internet. Berbekal pergaulan dari dunia maya itu, Kenzi bisa memperoleh asupan makanan sehat hingga kini sudah berusia tiga tahun.

Nandra bersyukur menemukan milis MPASI rumahan yang menjadi ajang saling bertukar informasi tentang resep, kandungan gizi, dan tumbuh kembang anak dengan ribuan ibu lain. ”Hebat, ibu-ibu bekerja bisa memberi makanan yang segar untuk bayi,” kata Nandra.

Dari omongan dengan para ibu di milis itu, Nandra mendapat beragam trik penyajian makanan. Ia, misalnya, belajar meluangkan waktu di hari libur untuk membuat bahan makanan beku, seperti kaldu, nugget, dan sosis, yang bisa dikonsumsi bayi selama satu pekan.

Hari libur juga dimanfaatkan Nandra untuk berbelanja beragam keperluan makanan bayi selama sepekan. Bahan makanan itu kemudian disimpan di lemari pendingin. Agar bayi tak bosan, Nandra menyiapkan daftar variasi menu makanan.

Di hari kerja, pengasuh Kenzi tinggal menambahkan ramuan makanan lain untuk dicampur dengan bahan utama yang sudah dibuat Nandra. Sepulang dari kantor, Nandra tetap memantau kandungan gizi makanan bagi Kenzi lewat catatan menu konsumsi harian.

Tanpa gula dan garam
Pengalaman serupa dialami oleh Anggita TS (30). Ibunda Darin (3) yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil ini juga sempat takut tak bisa menyediakan makanan bergizi karena harus bekerja di kantor dari pukul 07.30 hingga 16.00 setiap hari.

Anggita lalu mendapat ilmu baru tentang cara memasak slow cooker (biasa juga disebut crock-pot) dari pergaulan di milis MPASI Rumahan. Dengan slow cooker, makanan bayi bisa dimasak di malam hari dan siap disajikan keesokan harinya.

Selain tak pernah memasak hingga melahirkan Darin, kendala lain yang dihadapi Anggita justru datang dari orangtua dan keluarga dekat. Dari milis MPASI Rumahan, Anggita memperoleh pengetahuan dasar penting bahwa tak boleh memberikan gula, garam, dan madu bagi anak di bawah usia satu tahun.

”Banyak interupsi dari orangtua untuk memberi garam, gula, atau makanan instan. Justru di situ tantangannya,” tutur Anggita.

Ibu muda lainnya, Yudith Mangiri (33), mulai hobi memasak sejak melahirkan Sebastian (3). Memasak bagi bayi, menurut Yudith, ternyata menyenangkan dan gampang. ”Saya jadi hobi memasak buat anak. Dulu, untuk suami pun, saya tak pernah mau masak,” kata Yudith.

Para ibu ini juga belajar lebih mengedepankan bahan pangan lokal. Selain itu, mereka juga memperoleh ilmu dari milis tentang aturan empat hari mencoba makanan baru untuk mendeteksi alergi pada bayi. Daftar makanan yang berpotensi memunculkan alergi pun dengan mudah diperoleh dari milis.

Selain berjumpa di milis, anggota milis MPASI Rumahan sesekali bertemu. Pada Minggu (19/2/2012), misalnya, anggota milis MPASI Rumahan bertemu dan mendapat pengetahuan tentang cara mengukur angka kecukupan gizi sesuai dengan umur anak serta mempelajari satuan ukuran rumah tangga untuk mengukur rata-rata kalori setiap bahan makanan.

”Saya berharap enggak akan ada lagi Ibu yang bilang ’Enggak bisa masakin anakku, kasih makanan instan kan beres’,” kata Dian Prima Zahrial, yang pertama kali membuat milis MPASI Rumahan pada 2008.

Bisnis katering
Kini, Nandra tak hanya piawai membuat makanan bagi bayinya. Bersama kakaknya yang kebetulan pintar memasak, ia juga menemukan peluang untuk membuka bisnis katering MPASI yang menjangkau bayi-bayi di wilayah Jabodetabek. Dua tahun berjalan, bisnis ini ternyata sangat diminati.

Saat ini, Nandra melayani katering bagi belasan bayi di wilayah Jakarta Selatan. Nandra sengaja membatasi jumlah katering karena makanan bayi tersebut harus disajikan dalam kondisi segar. Makanan katering diantar oleh kurir pada pukul 11.00 untuk makan siang, makan malam, dan makan selingan.

Bagi bayi-bayi lain di wilayah Jabodetabek, Nandra juga melayani penjualan makanan beku. ”Kami menjadi perpanjangan tangan mama-mama yang bekerja di kantor. Membuat makanan bayi sebenarnya sangat mudah asalkan mau,” tuturnya.

Dokter spesialis anak, Ayu Partiwi (46), mengatakan, MPASI rumahan memang penting dan menjadi salah satu faktor penentu agar anak-anak jarang sakit. ”Organ tubuh bayi belum sempurna sehingga harus diberi makanan natural,” katanya.

Standar makanan bayi, menurut Tiwi, tidak sama dengan standar rasa lidah orang dewasa. Bayi harus dikenalkan pada rasa asli bahan makanan, seperti buah dan sayuran, tanpa campuran bahan seperti garam, gula, dan penyedap makanan.

Ia berharap orangtua lebih sabar ketika memperkenalkan MPASI rumahan. Menginjak usia enam bulan, bayi mulai berkenalan dengan MPASI rumahan dengan cukup hanya satu atau dua suap makanan padat. ”Porsinya dinaikkan bertahap sesuai dengan usia. Harus melihat mood bayi, jangan memaksa agar bayi tidak trauma,” katanya.

Pemerhati gizi, Maria Catharina Phan, menyebutkan, bayi membutuhkan asupan gizi seimbang yang jumlah dan kandungan gizinya bisa lebih dikontrol dengan pemberian MPASI rumahan. MPASI harus mengandung sumber karbohidrat, protein hewani dan nabati, vitamin dari sayuran, mineral dari buah, serta lemak.

(Mawar Kusuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com