Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Lajang Lebih Sering Depresi?

Kompas.com - 27/03/2012, 18:30 WIB

KOMPAS.com - Banyak orang yang mengatakan, lajang pun bisa bahagia, asalkan dia tergolong orang yang aktif dan punya banyak kesibukan. Jika tidak, ia akan merasa kesepian, bahkan mengalami depresi. Benarkah?

Studi baru dari Finnish Institute of Occupational Health sedikit banyak mendukung pernyataan tersebut. Menurut tim peneliti, jika kita berada di usia produktif dan hidup sendiri, peluang mengalami depresi akan meningkat 80 persen. Penelitian ini menyoroti pertumbuhan kaum lajang, dimana satu dari setiap tiga orang di Amerika dan Inggris hidup sendiri. Hidup sendiri merupakan penyebab utama rapuhnya kesehatan mental, bersamaan dengan buruknya kondisi rumah dan kurangnya dukungan sosial.

Bertambah banyaknya rumah tangga yang hanya dihuni satu orang terbukti memengaruhi kesehatan mental bangsa, demikian menurut Beth Murphey, kepala informasi di rumah sakit mental Mind. "Kesepian dan isolasi menyebabkan orang kurang memiliki jalan keluar untuk berbagi mengenai perasaan mereka, yang sepengetahuan kami dapat benar-benar membantu mengelola dan memulihkan diri dari masalah kesehatan mental," ujar Murphey.

Sebanyak 3.500 orang Finlandia (terdiri atas 1.695 pria dan 1.776 wanita) dengan usia rata-rata 44,6 tahun diketahui menggunakan obat-obatan antidepresi, setelah dilakukan penelitian selama delapan tahun. Peneliti juga mengamati gaya hidup responden, seperti pekerjaan, pendidikan, penghasilan, kondisi rumah, kebiasaan mengonsumsi alkohol atau rokok, dan lain sebagainya. Terlihat bahwa kemungkinan orang-orang yang hidup sendiri untuk mengonsumsi obat antidepresi 80 persen lebih banyak daripada orang yang berkeluarga atau berpasangan.

Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan fakta yang kuat mengenai problem para lajang, pemimpin studi Dr Laura Pulkki-Raback mengatakan bahwa penelitian ini tampaknya meremehkan risiko yang sebenarnya.

"Mereka yang paling berisiko cenderung merupakan orang-orang yang paling rendah kemungkinannya untuk menindaklanjuti masalah ini," katanya. "Kami juga tidak mampu menilai bagaimana umumnya dampak depresi yang tidak ditangani."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com