Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Juga Bisa Menghambat Kedekatan Ayah dan Anak

Kompas.com - 05/06/2012, 21:38 WIB

KOMPAS.com -  Anak-anak tak hanya butuh ibunya untuk bisa tumbuh dan berkembang. Keterlibatan ayah juga sangat dibutuhkan untuk membantu perkembangan anak, terutama kemampuan logikanya. Sayangnya, ada satu masalah yang sering dihadapi para ibu, yaitu kesulitan membujuk para ayah untuk lebih aktif terlibat dalam setiap kegiatan pengasuhan anak. Alasan yang paling sering diungkapkan para ayah adalah lelah, atau bahwa mengasuh anak adalah tugas ibu.

Menurut psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, Psi, sebagian besar alasan ini sebenarnya digunakan para ayah sebagai senjata pamungkas untuk menghindari keterlibatan dalam mengasuh anak. Selain itu,

"Alasan utama para ayah kurang terlibat dalam pengasuhan anak adalah karena tidak adanya dukungan dan bantuan dari istri," ungkap Anna dalam acara Wall's Cool Weekend Selection di Birdcage Cafe, Kebayoran Baru, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Anna, ada dua tipe istri yang membuat ayah enggan terlibat atau sebaliknya, bersedia aktif dalam pengasuhan anak:

1. Tipe penghambat
Perempuan memiliki banyak waktu untuk belajar tentang cara-cara pengasuhan anak yang tepat dari banyak orang, seperti keluarga atau komunitas para ibu. Sedangkan, pria hanya belajar untuk mengasuh anak dari sang istri, sehingga mereka sebenarnya sangat membutuhkan dukungan dari istri untuk bisa menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya.

Tanpa disadari, hal ini membuat ibu bisa menjadi faktor penghambat terbesar kedekatan ayah dan anak. "Ibu-ibu ini justru tidak mendukung suaminya untuk kegiatan parenting ini, bahkan untuk hal yang kecil sekalipun, misalnya mengganti popok," tukasnya.

Hal ini bermula dari rasa gemas ketika melihat suami selalu salah memakaikan popok pada anak. Akhirnya, Anda mengambil alih tugas tersebut. Saat mengambil alih pekerjaan tersebut, tanpa disadari Anda juga sering marah, ngomel, mengkritik, atau protes mengenai cara suami mendidik anak. Anna mengungkapkan, hal ini membuat para pria merasa diremehkan kemampuannya, serta dianggap tak becus melakukan apapun.

"Pria punya gengsi yang tinggi, dan ketika mereka dimarahi karena hal ini, mereka merasa kemaskulinan mereka tercoreng sehingga akhirnya mereka pun cenderung malas untuk melakukannya lagi, walaupun mereka sangat ingin," bebernya.

Untuk mencegah para ayah menjadi "kapok" mengasuh anak, cobalah untuk lebih bersabar dalam melibatkan mereka dalam aktivitas ini. Jangan mudah menyerah dan tak perlu marah-marah. Katakan saja apa yang harus mereka lakukan.

2. Tipe pendukung
Istri yang punya sifat pendukung merupakan tipe istri dan ibu yang sangat diidamkan. Kedekatan ayah dan anak bisa terjalin dengan baik atas dukungan dari istri. Ada banyak cara yang bisa dilakukan ibu untuk membantu ayah dekat dengan anaknya, salah satunya dengan mendorong anak untuk beraktivitas di dekat ayahnya. Selain itu, ayah pun sering diajak dalam setiap aktivitas yang dilakukan sehingga mereka merasa terlibat di dalamnya.

"Ciptakan situasi dimana peran sang ayah sangat dibutuhkan dalam setiap aktivitas, sehingga mereka merasa dihargai," saran Anna.

Cara lainnya adalah dengan membuat situasi dimana ayah harus bisa menjaga dan menemani anak selagi Anda ke toilet atau pergi ke warung. "Setelah ayah berhasil bermain dan menjaga anak dengan baik, sekalipun ada hal yang salah jangan langsung dikritik. Sebaliknya, beri pujian dan ucapan terima kasih karena sudah mau membantu Anda menjaga anak," sarannya.

Hal ini akan membuat pria merasa kerja kerasnya dihargai dan selalu dibutuhkan, sehingga mereka lebih mau terlibat secara aktif dalam mendidik anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com