Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anakku Sering Sakit, Ternyata Penyebabnya Orang Rumah

Kompas.com - 28/06/2012, 09:31 WIB
Halo Prof

Konsultasi kesehatan tanpa antre dokter

Temukan jawaban pertanyaanmu di Kompas.com

KOMPAS.com - Orang tua Sandiaz sangat khawatir. Sejak usia 6 bulan hingga sekarang, anak yang berusia 5 tahun itu hampir setiap bulan selalu ke dokter karena sakit. Keluhan yang sering dialami adalah batuk, pilek dan panas. Pada umumnya disebabkan virus.

Kekhawatiran orangtua beralasan karena anak tersebut sudah terlalu sering minum obat, apalagi  setiap sakit antibiotika dikonsumsi secara rutin. Anak ini juga sering mengalami overdiagnosis TBC atau divonis sebagai TBC atau "Flek", padahal tidak menderita penyakit tersebut. Kecapekan, cuaca, minum es, makan gorengan atau tertular sakit di sekolah selama ini dianggap sebagai penyebab gangguan tersebut.

Sebenarnya, anak mudah sakit utamanya karena daya tahan tubuh yang buruk. Tanpa disadari, penyebabya adalah infeksi dari orang dekat dalam rumah seperti orangtua, kakak, kakek atau neneknya yang berpotensi sebagai sumber utama penularan.

Penyebab daya tahan tubuh yang tidak optimal ini sering terjadi pada mereka dengan saluran cerna yang sensitif. Kondisi ini terjadi karena sebagian besar atau sekitar 70 persen mekanisme pertahanan tubuh terdapat dalam saluran cerna. Biasanya, hal ini sering terjadi pada penderita alergi, asma dan sensitif pencernaan. Anak yang sering sakit dan kontak di rumah yang sering sakit ternyata mempunyai masalah kesehatan yang sama. Hal ini biasanya terjadi pada anak atau saudara kandung atau salah satu orangtua yang wajahnya sama. Faktor fenotip atau kesamaan wajah dalam keluarga seringkali sebagai indikator menunjukkan kesamaan permasalahan kesehatan yang sama

Menurut mitos yang berkembang di masyarakat, penyebab anak sering sakit adalah akibat debu, udara dingin, hujan, faktor cuaca, tertular sekolah, terlalu capek, AC, hujan, minum es, makan gorengan atau kipas angin. Padahal kalau dicermati, problem utamanya bukan sekedar masalah itu. Tetapi infeksi berulang karena daya tahan tubuh anak tidak bagus, dan kontak sumber penularan yang sering sakit di sekitarnya. 

Infeksi berulang biasanya sering disebabkan karena kontak erat dengan seseorang yang sering sakit di dalam rumah. Penderita yang sering terkena infeksi virus ringan ini kerap tidak disadari dan dianggap bukan sakit, tetapi dikira penyebab lain.

Infeksi virus berulang pada orang dewasa selama ini dianggap karena terlalu lelah, masuk angin, asma, alergi atau sinusitis. Memang, biasanya penderita alergi mudah terkena infeksi batuk dan pilek. Bukan hanya orang awam, dokter pun seringkali sulit membedakan gejala alergi dan infeksi sehingga gejala infeksi ini dianggap sebagai gejala alergi. Gejala umum yang sering dialami adalah badan sering pegal dan capek, nyeri tenggorok, badan meriang dan sakit kepala.

Gangguan infeksi virus berulang ini oleh masyarakat awam bahkan oleh sebagian dokter sering dianggap sebagai alergi dingin, alergi debu, masuk angin, kecapekan, sering keluar kota, masuk angin, karena asap rokok, panas dalam. Padahal, gangguan tersebut sebenarnya infeksi virus ringan yang dapat menular kepada anak, apabila daya tahan tubuhnya menurun.

Bila infeksinya ringan pada orang dewasa, gangguan ini terjadi hanya dalam 2-3 hari saja, tetapi sering berulang timbul. Sehingga istilah yang sering diberikan adalah "mau flu tidak jadi". Penderita golongan ini bisanya mengalami gangguan alergi hidung, sinusitis, asma, dan masalah sensitif pada saluran cerna.

Pada anak usia sekolah, seringkali orangtua menyalahkan karena teman di sekolah sering sakit. Sebenarnya bila dicermati di lingkungan sekolah memang tidak akan pernah bebas anak sakit. Dalam lingkungan kelas, memang mungkin terdapat 30% anak yang mudah sakit karena daya tahan tubuhnya buruk. Tetapi sebagian besar lainnya relatif jarang sakit karena daya tahan tubuhnya baik. Sehingga yang harus diperhatikan adalah daya tahan tubuh anak, bukan disalahkan sekolahnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com