Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengubah Haluan Hidup dengan Perhitungan

Kompas.com - 02/07/2012, 17:35 WIB

”Waktu itu saya berpikir rasanya sudah terlalu lama bekerja di sana. Saya ingin mencari tantangan baru di tempat lain. Untuk itu, ketika ada informasi perusahaan akan merestrukturisasi karyawan, saya memutuskan untuk berhenti. Dengan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki, saya yakin bisa bekerja di tempat lain,” tutur Vita.

Tak diduga, Vita justru merasa asyik ketika berada di rumah, ”terjebak” dalam bisnis makanan yang didasari hobi lama, yaitu membuat kue. Dimulai dari membuatkan kue yang dibuatnya sendiri untuk acara ulang tahun di TK tempat anaknya bersekolah, kini bisnis yang dinamai Dapur Vita sudah bisa menerima pesanan ratusan cupcake dari perusahaan. Vita pun sudah dibantu dua asisten untuk memproduksi pesanan.

Berawal dari hobi
Seperti Vita, kegemaranlah yang membawa Afit pada sebuah ide membuka warung steak dengan andalan wagyu murah meriah. Keinginan tersebut dia sampaikan pada istrinya. ”Saya sempat khawatir karena berbisnis tidak mudah dan punya risiko besar. Padahal, dia punya anak-istri yang harus dibiayai,” ujar Lucy.

Namun, semangat yang diperlihatkan Afit membuat Lucy akhirnya mendukung gagasan suaminya. Suami istri yang akan memiliki dua anak ini berkomunikasi secara intensif. Afit mencari berbagai informasi tentang cara berbisnis. Perhitungan finansial dilakukan sedetail mungkin, tak hanya yang menyangkut kebutuhan biaya untuk berbisnis, tetapi juga untuk kehidupan sehari-hari. Segala risiko pun diperhitungkan.

Akhirnya diputuskanlah masa ”percobaan” selama setahun untuk mewujudkan cita-cita Afit. Selama masa itu, disepakati pula bahwa Lucy yang akan menanggung biaya hidup keluarga melalui pekerjaannya sebagai pembawa acara olahraga di televisi.

”Kalau dalam setahun itu bisnis saya gagal, saya masih bisa kembali ke dunia kerja yang lama karena saya pikir orang-orang di dunia kerja yang lama masih belum lupa saya. Jadi, langkah saya memulai bisnis tidak hanya berbekal semangat. Semuanya sudah diperhitungkan, tidak konyol,” kata Afit.

Mengubah diri dari status sebagai karyawan menjadi seorang wirausaha memang bukan hal sederhana. Antonius Tanan, Presiden Universitas Ciputra Entrepreneurship Center, mengatakan, mengubah pola pikir menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan.

”Seorang karyawan, misalnya, bekerja berdasarkan jam kerja, sedangkan wirausaha bekerja hingga pekerjaan mereka selesai. Karyawan punya gaji yang pasti, sedangkan hidup seorang wirausaha penuh ketidakpastian. Kehidupan wirausaha juga penuh kejutan. Jangan heran kalau tiba-tiba ’dipecat’ pelanggan karena mereka tidak puas. ’Dipecat’ pelanggan itu lebih sakit hati lho dibandingkan dengan dipecat atasan,” kata Antonius.

Selain pola pikir, ada dua faktor lain yang bisa menjadi modal seseorang menjadi seorang wirausaha, yaitu lingkungan yang mendukung dan modal finansial. ”Jadi, finansial itu bukan faktor modal nomor satu,” lanjut Antonius.

Pengorbanan
Hilangnya penghasilan bulanan dengan segala bonusnya dan fasilitas kerja sempat ada di benak Afit ketika akan melepaskan pekerjaannya. Begitu pula yang dialami Vita, meski biaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sudah ditopang suaminya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com