Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/09/2012, 11:43 WIB

KOMPAS.com - Saat ini mulai banyak bermunculan bisnis agen wisata yang berskala kecil, dan umumnya dijalankan oleh perorangan. Bisnis ini tidak lagi menetapkan kuota peserta dalam jumlah besar. Bila peserta hanya terdiri atas satu keluarga atau satu kelompok kecil peserta pun, peserta tetap akan diberangkatkan. Dengan jumlah peserta yang terbatas, suasana akrab dan kekeluargaan akan terbangun.

Dalam pengalaman beberapa pelaku bisnis wisata, keberhasilan bisnis mereka adalah karena mengandalkan komunitas. Itulah yang dilakukan oleh Indra Patriasandi, pemilik Indonesian Traveler. Indra menyukai jalan-jalan sejak tahun '90-an. Saat itu ia sering keliling Indonesia. Pengalaman itulah yang ia bagi kepada teman-teman. Semua dokumentasi, seperti foto ketika ia liburan ia pajang di Facebook.

“Tak tahunya teman-teman saya merespons, dan ingin ikut kalau saya kembali mengadakan acara jalan-jalan,” katanya.

Kesempatan itu pula yang ia manfaatkan untuk membuat Indonesia Traveler pada tahun 2008. Indra fokus menjelajahi tempat-tempat di Indonesia. Sebut saja, Karimun Jawa, Raja Ampat, dan Pulau Derawan, pernah ia kunjungi beserta anggota Indonesia Traveler. Biaya yang dikeluarkan pun tak terlalu besar, sekitar Rp 3,5 juta sampai Rp 6 juta. Nilai itu belum termasuk tiket pesawat ke tempat yang dituju.

“Saya hanya menyediakan penginapan, makan selama seminggu, dan transportasi darat serta laut selama di sana,” jelasnya.

Menurut Indra, semakin tinggi biaya yang dikeluarkan semakin banyak pula fasilitas yang dipakai. Untuk biaya wisata Rp 6 juta misalnya, peserta akan mendapatkan fasilitas diving selama di sana. Hingga saat ini, Indra lebih suka mendatangi pulau-pulau yang ada di Indonesia. Menurutnya, pulau yang ada di Indonesia itu cantik dan belum banyak dikunjungi masyarakat.

“Jadi, ketika ada yang ingin mengunjungi pulau-pulau yang indah, pasti mereka mencari saya,” jelasnya.

Keunikan inilah yang dipertahankan oleh Indra. Karena, menurutnya semua agen wisata baik perorangan dan perusahaan mempunyai ciri khas yang berbeda. Hingga kini komunitas Indonesia Traveler sudah mencapai 600 orang. Dalam satu tahun rata-rata mereka melakukan perjalanan wisata ke tiga tempat.

Indra mengaku bisnis wisatanya ini sangat bergantung dengan komunitas. Pasalnya, mayoritas merekalah yang menjadi peserta jalan-jalan. “Komunitas ini sangat menguntungkan, bila kita punya ide untuk wisata ke pulau tertentu, mereka langsung merespons dan mendaftar,” jelasnya. Namun, walaupun tujuan Indonesian Treveler adalah pulau-pulau di Indonesia, Indra sangat selektif memilih tempat wisata.

Ia akan memilih pulau-pulau yang mempunyai infrastruktur yang bagus. Minimal, katanya, pulau itu mempunyai penginapan dan toilet yang memadai. “Saya juga mencari tahu terlebih dahulu soal pulau tersebut. Bila pulau itu jelek dan tidak memenuhi kriteria, lebih baik saya batalkan,” tegasnya.

Selain komunitas, faktor yang tak kalah penting dalam bisnis wisata adalah tujuan lokasi wisata. Sama halnya dengan Indra yang fokus berwisata ke pulau-pulau, Komunitas Jalan Bebas pun demikian.

Kelompok pehobi jalan-jalan yang didirikan tahun 2006 ini fokus mengeksplor Pulau Jawa. “Semua tempat wisata yang ada di Pulau Jawa, kamilah jagonya,” kata Brewok, salah satu pendiri Komunitas Jalan Bebas.

Komunitas ini terbentuk secara tidak sengaja. Pada tahun 2006 digelar Festival Foto Borobudur. Brewok dan teman-temannya ingin datang ke sana secara gratis. Terpikirlah untuk mengajak beberapa teman sebanyak mungkin, dan ia pun mengambil untung di situ. “Saat itu terkumpul 23 orang, dan masing-masing membayar Rp 500 ribu,” jelasnya.

Sepulang dari situ, Brewok pun terpikir untuk membuat bisnis wisata. Muncul lah nama “Jalan Bebas”. Brewok mengaku, ia memang sengaja menitik beratkan pada Pulau Jawa. Semua tempat wisata yang ada di pulau itu siap mereka jelajahi. Fokus pada satu tempat inilah yang membuat daya jual Komunitas Jalan Bebas. Siapa yang ingin berwisata di Pulau Jawa, pasti ingat dengan Jalan Bebas.

Setiap menyelenggarakan wisata, Brewok selalu membuat grup khusus peserta yang ikut di wisata itu. Alhasil, para peserta pun semakin dekat dan akrab. “Malah, banyak yang minta dibuatkan acara wisata ke Pulau Bira, Ujung Genteng, Kawah Ratu,” ceritanya. Menurut Brewok, walaupun daya jual Jalan Bebas hanya di Pulau Jawa, ternyata peserta yang berminat cukup banyak. “Pulau Jawa itu sangat menarik untuk dijelajahi,” jelasnya.

Selain fokus wisata di Pulau Jawa, Brewok juga menekankan konsep kekeluargaan di Jalan Bebas. Setiap anggota yang ikut berwisata di sini dijamin akan seperti keluarga sendiri. Oleh karena itu di Jalan Bebas tak pernah mengenal “pesawat”.

“Semua peserta yang hendak berwisata selalu melakukan jalan darat, ke mana pun itu. Bisa bus, mobil, maupun kereta api,” tuturnya. Brewok yakin, lewat jalan darat itulah para peserta akan saling bercerita dan akrab satu sama lainnya. “Persis seperti keluarga,” terangnya.

Persiapan sebelum wisata dilakukan sangat matang. Brewok dan teman-teman melakukan survei satu bulan sebelum berangkat. Yang disurvei adalah, transportasi, penginapan, konsumsi, dan tempat-tempat wisata. “Kami menghitung pula berapa lama jarak tempuhnya. Dan kami juga memikirkan aktivitas-aktivitas yang dibuat di sana agar para peserta tidak bosan,” katanya.

(Tim Majalah Sekar)

Baca juga:
Mudahnya Membangun Bisnis "Tour Organizer"
Modal 50 Juta Jadi Pengusaha Travel
Bisnis Tiket "Online", Modalnya Hanya 15 Juta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com