Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2012, 18:58 WIB

KOMPAS.com - Nusa Tenggara merupakan salah satu daerah penghasil kain tenun ternama di Indonesia. Meski ternama, pengembangan tenun masih menjadi pekerjaan rumah bersama berbagai kalangan yang peduli. Termasuk tenun asal Nusa Tenggara Barat yang masih perlu mendapatkan dukungan untuk berkembang.

Linda Hamidy Grander, desainer asal Lombok, NTB, yang lulus Cum Laude pada 2001 dari Fashion Institute of Design and Merchandising (FIDM), San Francisco, California, Amerika Serikat , termasuk salah satu anak daerah yang peduli.

Dalam kegiatan "Lombok-Sumbawa Ethnic Fashion 2012" di Hotel Mulia Jakarta, Linda tampil mengenalkan produk fashion menggunakan tenun dari Lombok Tengah dan Lombok Timur. Linda tidak menghadirkan tenun dalam wujud aslinya, namun mengolahnya menjadi 11 busana perempuan (cocktail dress) siap pakai.

Untuk kali pertama Linda pamer karya di Jakarta. Namun bukan yang pertama baginya untuk mengenalkan produk dari tenun kepada masyarakat di luar Lombok. Atas pendampingan Jetro (Japan External Trade Organization), pendiri Boutique Rumah Tenun di Ampenan, Lombok ini pernah membawa tenun dalam produk tas dan aksesori lainnya, juga kain tenun ke Jepang.

Tenun NTB telah dikenal sebagian masyarakat Jepang melalui pameran yang mendatangkan desainer dan produk kerajinan Indonesia ke Tokyo. Apresiasi pun didapatkan Linda dari masyarakat Jepang. Ia pun berharap masyarakat Jakarta memberikan apresiasi positif terhadap karya dan upayanya mengangkat tenun NTB. Misi terbesarnya, mempopulerkan tenun NTB di kampung halamannya sendiri.

"Masyarakat setempat tidak mengetahui ada di level mana tenun NTB yang dibuatnya. Saya sebagai desainer pun merasa tenun NTB belum mendapatkan apresiasi tinggi. Penggunaan tenun di NTB terutama di menengah bawah masih dalam bentuk kain untuk acara adat. Saya ingin mengajak masyarakat Lombok untuk memakai tenun dalam berbagai acara. Seperti memakai busana dari tenun dalam model dress atau model lain yang lebih modern," jelas Linda di sela pagelaran busana di ajang Art, Creative and Tourism Night, Grand Ballroom Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Rabu (31/10/2012).

Menurut Linda, satu-satunya busana dari tenun yang kerap dipakai masyarakat setempat adalah kemeja. Pengembangan busana dari tenun seperti dress belum diminati, bahkan oleh masyarakat setempat.

"Butik saya lebih banyak didatangi wisatawan dari Jakarta yang sedang mengunjungi Lombok. Mereka menyukai rancangan busana tenun yang lebih modern. Namun masyarakat Lombok sendiri belum banyak yang menggemarinya," tutur Linda.

Pengalaman membawa tenun Lombok ke Jepang pada 2010-2011 dan mendapatkan apresiasi di negeri orang, semakin menginspirasi Linda untuk melanjutkan misinya mengembangkan tenun NTB di kampung halamannya.

"Saya sempat kehilangan semangat, karena sulit untuk bertahan mengembangkan tenun yang lebih modern ini. Namun karena passion saya tetap bertahan hingga sekarang," ungkapnya.

Jika masyarakat Jepang menyukai tas tenun bermotif garis dengan warna alami, Linda belum bisa memastikan apakah rancangan busana tenun modernnya juga bisa menarik minat masyarakat luas.

"Untuk pakaian saya belum membawanya ke Jepang, karena saat itu hanya produk aksesori yang dibawa, jadi belum tahu bagaimana responsnya terhadap busana tenun ini," tuturnya seraya berharap keterlibatannya dalam pagelaran busana di Jakarta, didukung Dekranasda Provinsi NTB diketuai Hj Robiatul Adawiyah Majdi, SE, dapat membuka jalan untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak dalam mengembangkan tenun NTB.

Sejak kembali ke Lombok dan membuka butik pada 2009, Linda berkomitmen mengembangkan dan mengolah tenun menjadi produk siap pakai yang lebih modern. Meski mengolah tenun menjadi produk yang lebih modern mengikuti tren fashion, Linda mengaku tetap mempertahankan motif tenun tradisional.

"Perubahan biasanya pada ukuran, misal motif garis tenun tradisional diperbesar atau diperkecil garisnya. Motifnya tetap dipertahankan namun ada juga yang sudah dimodifikasi," jelasnya.

Soal warna, produk tenun buatan Linda ada yang menggunakan warna tradisional seperti marun, biru tua kuning. Namun ada juga warna-warna baru yang dikembangkan untuk busana bergaya modern rancangan Linda.

Bagi Linda, dukungan pelatihan dari Jetro memberinya kesempatan sekaligus memberikan harapan, bukan hanya untuk dirinya tapi juga masyarakat dan perajin Lombok.

"Sejak ada pelatihan, terutama dari Jepang yang sangat detil dengan kualitas, pesanan jadi lebih banyak. Perajin juga diajak untuk membuat motif baru. Regenerasi pun berjalan, saat ini ada perajin usia SD," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com