Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 12 November 2012, 14:07 WIB

KOMPAS.com - Perselisihan antara suami dan istri adalah hal yang biasa dalam berumah tangga. Tanpanya, hidup akan menjadi hambar. Dari pertengkaran pula, Anda dapat belajar banyak hal. Baik dalam proses maupun cara penyelesaian.

Saat pasangan mengalah dalam pertengkaran, ada tiga makna yang dapat disimpulkan:

Takut
Si Dia mengalah? Bisa jadi karena pasangan merasa dirinya lebih lemah secara karakter, finansial, status sosial, dan sebagainya.

Pasangan yang merasa lebih lemah umumnya merasa takut kehilangan kenyamanan yang dimilikinya bersama Anda. Jika pertengkaran berlangsung lama, dirinya juga merasa terancam dan tertekan akan dominasi Anda.

Mengalah karena takut ini mudah diprediksi, cukup dengan melakukan flashback, dan apa yang menjadi tujuan si dia menikah, atau bersama dengan Anda. Ini bukanlah pilihan alasan sikap mengalah yang baik. Pada dasarnya pertengkaran itu bukan pertandingan dominasi “siapa yang lebih berkuasa”.  Cobalah lebih peka dan berbagi bersama pasangan. Selain itu, luangkan waktu bersama pasangan untuk memahami satu sama lain.

Sayang
Saat berselisih paham, pria terkadang berusaha memahami perasaan dan pikiran Anda. Sikap  pasangan yang mencoba untuk mengerti ini terlihat seperti mengalah. Cirinya, saat sikap Anda benar, pasangan tidak akan malu untuk mengakuinya. Demikian juga ketika Anda salah, pasangan juga memberikan feedback apa yang menurutnya Anda salah.

Kendati pasangan kerap mengalah, jangan biarkan Anda merajalela. Tetap bertahan ketika  merasa ego (harga diri) Anda terancam. Ingat, tetap berkepala dingin untuk menghasilkan yang terbaik.

Tak peduli
Sikap mengalah juga dapat hadir karena pasangan merasa kesal, capek, dan malas bertengkar.  Pasangan kemudian juga tidak akan peduli dengan segala hal yang diperdebatkan. Bisa jadi, sikapnya dikembangkan karena si dia telah memiliki keasikan di luar sana. Seperti, hobi baru, anak, bahkan wanita lain.

Jangan diam saja dengan sikap cueknya. Ini akan seperti bom waktu yang kelak akan mengakhiri segalanya. Mulailah mengintrospeksi diri apakah Anda kerap menyalahkan orang lain.  Cobalah untuk melakukan kilas balik perjalanan rumah tangga Anda. Perhatikan hal-hal yang perlu dibenahi dan jangan takut membuat resolusi kendati suami tak pernah memintanya.

Komunikasikan hasil introspeksi diri Anda dengan mengesampingkan rasa lemah dan direndahkan. Ini justru mempermudah realisasi dan resolusi Anda sendiri. Lakukan pembicaraan dari hati ke hati dan pikiran terbuka akan masukan. Dan ingat, jangan berpura-pura menerima tapi terimalah karena memang "benar" atau "salah".

(Tabloid Nova/Laili)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau