Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/12/2012, 23:09 WIB

KOMPAS.com - Masalah perbedaan cara asuh antara orangtua dan kakek nenek memang lumrah terjadi. Ada kalanya, orangtua yang mencoba mendidik anak untuk disiplin harus berkompromi dengan sikap Sang Nenek yang justru ingin memanjakan cucunya. Atau, bisa juga sebaliknya. Anda memanjakan anak sementara orangtua Anda sangat keras dan disiplin kepada cucunya. Bahkan, tak jarang Anda ditegur karena pola asuh yang dinilainya salah.

Menurut psikolog keluarga Anna Surti Ariani, Psi, perbedaan pola asuh memang mungkin saja terjadi. “Setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda saat memperlakukan cucu atau buah hatinya. Bahkan bukan tak mungkin jika seorang nenek menerapkan pola pengasuhan yang disiplin kepada anaknya, namun justru bersikap sangat memanjakan pada cucunya,” ujar psikolog yang akrab disapa Nina ini.

Hangat dan dekat
Meski setiap individu memilik cara yang berbeda, namun kecenderungan pola asuh zaman dahulu kental dengan gaya disiplin yang kaku. Dalam artian, anak tidak memiliki banyak pilihan dan hukuman yang diberikan pada setiap kesalahannya seolah dianggap lumrah.

“Sampai aliran behaviorisme ditemukan dan dipopulerkan di masyarakat, terbentuklah pemikiran bahwa pengasuhan yang baik itu bukan selalu menghukum, melainkan juga memberikan pujian. Jadi lebih ke reward dan punishment,” terang Nina.

Nina lantas menambahkan, penemuan di dunia parenting menyebutkan bahwa attachment orangtua dan anak sangat penting. “Di atas segala jenis pola asuh, yang terpenting adalah kehangatan, kedekatan, dan rasa sayang antara ibu dan anak, yang disertai dengan batasan-batasan yang jelas. Jika pola attachment  orangtua dan anak sudah kuat, si kecil tak akan terpengaruh dengan pola asuh yang diberlakukan orang lain kepadanya,” tambah Nina.

Harus konsisten
Terkadang, sikap orangtua yang mencampuri cara Anda membesarkan buah hati terasa mengganggu. Anda pun terjebak dalam dilema. Di satu sisi, keakraban sang nenek dengan cucunya adalah hal yang begitu Anda harapkan. Di sisi lain, Anda juga khawatir si kecil akan bingung dengan perlakuan atau peraturan yang berbeda.

Menurut Nina, rasa khawatir semacam ini justru tidak perlu. “Perbedaan pola asuh Anda dan orangtua Anda yang diberlakukan pada si kecil justru dapat menstimulasi aspek sosial buah hati. Dia akan mendapat pelajaran mengenai cara membedakan perilaku orang dan berperilaku yang pantas pada orang yang berbeda. Maka, itu membantu dia belajar mengenai perkembangan sosial,” tutur Nina. Hal ini juga akan berguna untuk buah hati di kemudian hari.

Satu hal yang penting dan seringkali dilupakan adalah menjaga konsistensi. “Anda harus konsisten pada pola asuh yang telah diberlakukan sehingga dapat menetap di pikiran anak. Jangan sampai hari ini mengizinkan, besok melarang. Jika Anda memberlakukan pola asuh disiplin dengan konsisten, lambat laun anak akan tahu bahwa itu yang diharapkan Anda dan ia akan berusaha mematuhinya,” papar Nina.

Dan tak masalah jika Anda yang melarang namun sang nenek atau sang kakek mengizinkan karena akan menguntungkan anak. “Ia akan kaya dengan nuansa perbedaan individual,” ungkap Nina.

Jangan berjarak
Semakin sering terjadi interaksi antara nenek dan cucu memang memperbesar terjadinya perbedaan pola asuh yang diterima buah hati. Sebagai orangtua, Anda tetap paling berhak menentukan apa yang sebaiknya diterapkan pada si kecil. “Maka jika eyang, orangtua, dan anak tinggal dalam satu atap, Anda dan buah hati harus memanfaatkan area privat semaksimal mungkin,” ujar Nina.

Sebut saja jika buah hati sedang tantrum. Nenek atau kakek bersikeras untuk menggendong buah hati dan mengabulkan keinginannya. Sementara Anda memiliki cara sendiri untuk meredakan tantrumnya. Sebelum orangtua Anda turun tangan, bawa buah hati ke kamar dan ajak ia bicara hingga tangisnya mereda.

“Setelah urusan Anda dan buah hati usai, baru keluar dari kamar. Pasalnya, pada siapa pun Anda memercayakan pengasuhan, baik pada eyang atau pada pengasuh, namun tetap saja ibu dan anak membutuhkan waktu khusus untuk menebalkan ikatan tadi,” paparnya.

Sementara ketika Anda mulai merasa orangtua terlalu banyak turun tangan dalam menangani si kecil, Anda tak perlu menciptakan jarak antara orangtua Anda dan buah hati. “Dekati orangtua, bukan justru memberi jarak. Pasalnya, jika Anda dekat dengan orangtua dan orangtua melihat perlakuan Anda yang tegas namun penuh kasih sayang pada buah hati, misalnya, pada akhirnya orangtua akan respek pada Anda dan mempercayakan pola pengasuhan yang Anda terapkan,” ujar Nina penuh keyakinan.

Nina tak menampik bahwa proses membuat orangtua Anda percaya memang membutuhkan waktu dan kesabaran. Namun pada akhirnya, jika pola asuh yang Anda yakini terbukti membawa hasil menyenangkan pada buah hati, orangtua Anda pun akan percaya dan menghargai Anda.

(Tabloid Nova/Annelis Brilian)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com