Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/02/2013, 19:25 WIB

T:
Saya mempunyai empat anak, yang  pertama laki-laki 21 tahun, kedua perempuan 15 tahun, yang ketiga dan keempat laki-laki, 10 dan enam tahun. Saya ingin menanyakan pengembangan diri anak sulung saya.
 
Anak pertama saya, sudah memasuki semester ketujuh di fakultas teknik sipil, cenderung banyak di rumah. Kalau dilihat pergaulannya ia sepertinya kurang bersosialisasi dengan teman sebayanya. Sebenarnya ia cerdas, sejak SD sampai SMA dia selalu juara kelas. Namun fakultas teknik sipil tempat kuliahnya sekarang memang bukan keinginannya, karena meneruskan bapaknya yang jebolan sipil. Kami sebagai orangtuanya berpikiran sulit mencari pekerjaan, jadi kalau meneruskan jejak bapaknya, akan lebih mudah nantinya.

Ia menjalaninya seperti tanpa beban tapi cenderung diam. Ia tak pernah mengungkapkan satu pun masalahnya pada kami kecuali jika saya bertanya.  Dari hasil obrolan kami, saya terkejut karena ternyata ia ketakutan. Takut tak bisa membahagiakan orangtuanya. Ia juga takut menghadapi dunia luar, karenanya ia lebih sibuk di kamar menenggelamkan diri dengan main games.

Di usianya sekarang ia juga belum pernah pacaran. Meski sebenarnya banyak perempuan yang menelepon atau SMS-an dengannya. Ia bilang tak ingin pacaran karena belum punya keinginan punya kekasih karena takut menyita waktu, dan baginya merepotkan karena harus berurusan dengan pasangan.  
 
Kami harus bagaimana menghadapi si sulung? Karena jujur saja kami merasa takut dengan masa depannya. (Roseninit, 37)

J:
Mbak Roseninit yang budiman,
Menghadapi anak yang tertutup dan sedang ketakutan menghadapi "sesuatu" membutuhkan pengertian dan kepercayaan dari Mbak selaku ibunya. Yang dimaksud dengan pengertian di sini adalah tidak memaksakan kehendak Mbak selaku orangtua, tetapi lebih berusaha mendengarkan ungkapan hatinya. Jika Mbak merasa kesulitan untuk mengetahui apa yang terjadi, maka cara yang paling sederhana adalah mengajaknya bicara dari hati ke hati, sambil menunjukkan bahwa Mbak selalu ada untuk mendampinginya baik dalam suka maupun duka.

Untuk membangun kepercayaannya kepada Mbak, sebaiknya Mbak melakukan apa yang telah Mbak ucapkan saat berbicara dari hati ke hati dengannya. Ini untuk membangun kepercayaannya kepada Mbak. Ini sangatlah penting karena ia butuh rasa aman dan nyaman.

Sebenarnya, putra Mbak tercinta ini sedang merasa sangat sendirian. Di sisi lain ia merasa ketakutan tidak bisa membahagiakan Mbak sekaligus menghadapi dunia luar. Di sinilah Mbak sebagai sosok ibunya sangat dibutuhkan. Begitu juga ayahnya.

Jadi, apa yang perlu Mbak lakukan? Tiga langkah berikut yang perlu Mbak lakukan:

Pertama, bicaralah dengan suami Mbak tercinta. Ceritakan kondisi putra Mbak serta ajaklah untuk mengambil langkah terbaik demi putra tercinta. Yang perlu digaris-bawahi di sini adalah setiap langkah yang akan Mbak dan suami ambil, tidak untuk memojokkan dia apalagi mengancam dirinya. Tetapi lebih pada bentuk pendampingan padanya sembari membuktikan bahwa dirinya tidak pernah sendirian. Ayah dan ibunya selalu siap mendampinginya baik dalam suka maupun duka.

Mintalah suami Mbak untuk mengajaknya melihat pekerjaan ayahnya dari dekat. Namun jika itu tidak memungkinkan karena lokasinya jauh di luar kota, maka ayahnya bisa mengajaknya melihat proyek teknik sipil lainnya, dari perencanaan hingga konstruksi. Intinya ajaklah ia mengenal dunia teknik sipil dari dekat untuk membuka wawasan serta cara pandangnya agar lebih luas dan bijaksana.

Kedua, bicaralah bertiga dari hati ke hati yaitu Mbak, suami, dan putra tercinta. Katakan kepadanya bahwa Mbak dan suami sangat mencintainya. Juga katakan kepadanya, bahwa Mbak dan suami merasa tidak bahagia ketika melihat dirinya ketakutan. Dan Mbak dan suami akan merasa bahagia ketika melihatnya bahagia.

Tanyakan kepadanya, apa yang sebenarnya membuat dirinya takut dengan dunia luar? Apakah dia takut dengan pergaulan? Apakah ia punya masalah dengan kuliahnya? Atau ia takut karena merasa sendirian tidak mempunyai teman? Katakan kepadanya, bahwa apapun ketakutannya, ia sangat bisa menghadapinya. Ceritakan kepadanya, akan bagaimana masa kecilnya dulu yang begitu berani menghadapi sesuatu, misalnya menghadapi teman mainnya yang nakal, dan sebagainya.

Tambahkan bahwa inilah dunia nyata yang setiap orang memang harus menghadapinya, termasuk dirinya. Bahwa main game terus-menerus sangat tidak baik baginya. Ini akan semakin menjauhkan dirinya dengan orang lain, termasuk teman-teman sekampusnya.

Ketiga, katakan kepadanya bahwa ia tidak perlu takut tidak bisa membahagiakan Anda dan ayahnya, karena Anda percaya ia sangat bisa melakukannya. Caranya, menjadi anak yang bertanggung-jawab, dengan menerima kenyataan dan menghadapinya tanpa kenal putus asa. Dengan belajar serta mengerjakan tugas yang seharusnya. Dengan berani menghadapi rasa takutnya dengan mengambil tindakan nyata, dan bukan menghindarinya dengan bermain game tak karuan.

Katakan kepadanya, bahwa Anda dan ayahnya sangat bahagia ketika melihatnya menjadi anak yang tak kenal putus asa dan berusaha sekuat tenaga meraih impian.

Peluklah ia. Jika Mbak merasa selama ini jarang atau bahkan tidak pernah memeluknya, maka peluklah ia dengan penuh kasih sayang. Karena dengan pelukan Anda dan ayahnya yang tulus penuh kasih akan memberinya rasa aman, hangat, dan tentram.

Pada prinsipnya, luangkan waktu Anda untuk rajin mengajaknya bicara dari hati ke hati. Figur Anda dan ayahnya sangat ia butuhkan. Dan ini memang butuh waktu. Saya percaya Anda bisa. Bismillah, ya. Saya bantu doa.

Ainy Fauziyah, CPC
Leadership Coach & Motivator
Penulis Buku Best Seller "Dahsyatnya Kemauan"

www.ainyfauziyah.com
www.ainymotivationclass.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com