Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/02/2013, 14:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dari total 4,5 juta kantung kebutuhan darah di Indonesia, sampai saat ini Palang Merah Indonesia (PMI) baru dapat memenuhi sekitar 70 persennya yaitu sekitar 3,5 juta kantung darah. Hal ini dikarenakan masih minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan donor darah.

"Paling tidak dibutuhkan 2 persen dari total masyarakat dalam melakukan donor darah rutin untuk mencukupi total kebutuhan darah," tutur Direktur Unit Transfusi Darah (UTD) Pusat Yuyun Soedarmono, Rabu (13/2/2013) di Jakarta.

Minimnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk melakukan donor darah kemungkinan disebabkan oleh kesulitan akses dalam mendonorkan darah dan ada ketakutan tertular penyakit saat melakukan transfusi dari jarum suntik yang digunakan.

"Dulu memang sulit untuk mendonorkan darah karena harus berkunjung ke PMI, saat ini kami sudah mengupayakan metode 'jemput bola'. Kami yang datang ke tempat-tempat umum dengan bus khusus sehingga lebih mudah dijangkau masyarakat," jelas Yuyun.

Saat ini, PMI sudah memiliki 120 bus yang tersebar di seluruh Indonesia untuk secara rutin datang ke tempat-tempat umum yang lebih mudah dijangkau pendonor. Soal keamanan dari transfusi, Yuyun menegaskan PMI telah mengoptimalkan pelayanan, karena keamanan transfusi darah sangat penting untuk kesehatan masyarakat. "Dengan pelayanan yang optimal, proses transfusi darah hanya berkisar 15 menit dan tidak sakit," terangnya.

Setelah proses transfusi, PMI pun masih melakukan serangkaian tahapan skrining dan pengolahan darah untuk siap digunakan. Skrining standar yaitu dengan metode serologi untuk mengetahui materi-materi asing berbahaya yang mungkin ada di darah seperti virus yang terdiri dari HIV, hepatitis A, hepatitis B; antibodi dan antigen, serta sifilis.

Pengolahan darah terdiri dari pemisahan komponen-komponen darah dari sel-sel darah, plasma darah, dan trombosit. Yuyun pun menyinggung soal mitos-mitos keliru tentang donor darah yang membuat orang enggan untuk mendonorkan darahnya. Antara lain, menjadi gemuk setelah donor darah.

"Donor darah tidak membuat gemuk, melainkan makan lebih banyak untuk menghindari lemas setelah donor darah lah yang membuat gemuk. Donor darah seharusnya menjadi bagian dari gaya hidup," simpul Yuyun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com