Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/02/2013, 14:37 WIB

KOMPAS.com - Kegemukan memang identik dengan penyakit dan penampilan yang kurang menawan. Karenanya, orang yang takut kegemukan melakukan berbagai cara untuk menghindari kegemukan. Tetapi, hasilnya seringkali membuat mereka mengalami gangguan pola makan.

Gangguan pola makan (eating disorder) terjadi karena seseorang melakukan penurunan berat badan dengan cara yang salah.

"Cara-cara instan yang banyak ditawarkan juga memperparah kondisi ini," kata dr.Grace Judio-Kahl, pemerhati gaya hidup dan konsultan penurunan berat badan dari Shape UP Indonesia dalam acara Tummy Talk di Jakarta, Selasa (19/2/13).

Ia menambahkan, banyak orang yang mengeluhkan berat badannya sulit turun ternyata menderita gangguan pola makan. "Banyak orang yang makan karena dorongan hati bukan karena rasa lapar," kata dokter yang berpengalaman menangani pasien dengan masalah berat badan ini.

Gangguan pola makan terdiri dari berbagai jenis, mulai dari bulimia, anoreksia, compulsive overating (makan berlebihan), emotional eating (makanan jadi pelarian saat stres), night eating syndrome (bangun dari tidur di malam hari untuk makan), hingga binge eating (makan banyak tetapi selalu merasa bersalah).

Dalam Ppedoman Penyakit Gangguan Jiwa atau pun Diagnostic and Statistic Mental Disorder, gangguan pola makan termasuk dalam gangguan mental.

Menurut Tara Adhisti de Thouars, psikolog dari Shape Up Indonesia, kebanyakan orang yang mengalami gangguan pola makan menyadari perilaku makannya tidak tepat tetapi mereka sulit mengontrol diri.

"Eating disorder adalah musuh dalam diri sendiri. Terjadinya gangguan pola makan ini juga dipengaruhi oleh karakter orang yang bersangkutan," kata Tara.

Misalnya saja pada orang yang rentan stres dan emosinya tidak stabil akan lebih beresiko mengalami gangguan pola makan.

"Setelah makan banyak mereka merasa lepas. Tetapi ia lalu merasa bersalah dan perasaan itu menghilangkan perasaan positif yang tadi muncul," paparnya.

Gangguan pada bagian tertentu di otak yang mengatur emosi dan pengendalian diri juga bisa memicu seseorang mengalami gangguan pola makan.

Grace menjelaskan, gangguan pola makan tidak bisa diatasi hanya dengan konseling gizi saja. Diperlukan juga terapi kogntifi, bahkan obat-obatan tergantung kondisi mental pasien.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com