Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/03/2013, 08:26 WIB

KOMPAS.com - Persahabatan Zukhriatul Hafizah atau Fizah dengan lingkungan tak mengenal kata usai meski gelar Puteri Indonesia Lingkungan telah berlalu lebih dari dua tahun dari tangannya. Tak pupus pula senyuman yang mengantarkan Fizah sebagai putri paling bersahabat di dunia!

Fizah ibarat bunga di antara kehijauan Taman Menteng yang terbasuh cahaya lembut matahari sore pertengahan Maret lalu. Rambut hitam panjang terurai, tubuh menjulang, dan rekahan senyumnya menyegarkan.

Saat itu, sudut Taman Menteng yang menjadi tempat perjumpaan dengan Hafizah tak seberapa ramai. Kelengangan membebaskan udara segar mengalir. Kebetulan, tak ada pula yang menyulut batangan rokok. Udara sehat tanpa asap rokok menjadi perhatian Fizah belakangan ini.

”Aku ikut berkampanye soal bahaya asap rokok yang mencemari udara. Masalah ini masih ada kaitannya dengan lingkungan,” ujar Fizah, yang diangkat sebagai Duta Masyarakat Sehat tanpa Tembakau oleh Komisi Nasional Pengendalian Tembakau.

Ketika terpilih sebagai Puteri Indonesia Lingkungan (first runner-up Puteri Indonesia, 2009), tugas sebagai duta dan juru bicara lingkungan hidup tertampuk di pundak Hafizah. Perempuan berdarah Minang itu pun lebih banyak berkutat dengan kegiatan memopulerkan kecintaan terhadap lingkungan hidup. Peran itu membawa Fizah ke daerah-daerah, termasuk Papua, guna mengantarkan pesan, mulai dari isu pemanasan global, kebersihan, hingga udara bersih tanpa asap rokok.

Namun, tugas sebagai Duta Masyarakat Sehat tanpa Rokok menorehkan kesan tersendiri bagi Fizah. Dia jatuh prihatin dengan anak-anak dan perempuan yang menjadi korban asap rokok, apalagi sebagai perokok pasif. ”Kalau orang dewasa bisa memilih merokok atau tidak dengan mempertimbangkan bahayanya, anak-anak belum memiliki pengetahuan untuk memilih. Mereka cenderung meniru orang dewasa,” ujarnya.

Terlebih lagi, ketika dia melihat kenyataan semakin mudanya usia awal merokok. ”Anak balita saja ada yang sudah merokok. Itu membuat aku berpikir, kalau sedari kecil sudah ketergantungan, bagaimana di masa depan,” papar Fizah, yang aktif memberikan sosialisasi bahaya asap rokok, baik secara langsung ke kawasan perkantoran, industri, ruang publik, maupun lewat media sosial.

Begitu ikatan tugas sebagai Puteri Indonesia Lingkungan di Yayasan Puteri Indonesia tuntas, Hafizah terjun sebagai pengurus bidang komunikasi dan media di Komisi Nasional Pengendalian Tembakau. Dia pun dipercaya sebagai ketua peringatan World No Tobacco Day yang diselenggarakan komisi itu tahun 2012.

Senyum dunia
Matahari kian bergulir ke barat. Hafizah dan sepatu tingginya menjelajahi taman. Keringat mengembun di dahinya. Tetapi, Hafizah tetap tersenyum dan tak kehilangan energi. Senyum itu pula yang mengantarkan Hafizah meraih gelar Miss International Friendship tahun 2010. Dalam ajang yang berlangsung tiga pekan di China tersebut, Fizah bersua dengan 70 kontestan dari sejumlah negara.

”Sebulan sebelum pergi ke ajang itu, saya sempat tidak percaya diri. Itu tanggung jawab yang besar. Tetapi, begitu tiba di China, saya hanya berpikir mendapatkan momen terbaik dan berusaha semaksimal mungkin,” ujarnya. Fizah menargetkan mendapat teman baru, mempelajari keunikan negara-negara mereka, dan memperkenalkan Indonesia.

Jadilah setiap kali tiba waktu makan malam, Fizah berpindah-pindah meja demi mendapat banyak sahabat dan cerita. Terkadang Fizah terpaksa berkomunikasi dengan bahasa tubuh dengan kontestan yang tidak berbicara bahasa Inggris. Dan, satu jurus berkawan Fizah, senyum. ”Ada yang bisa akrab sampai cerita hal-hal pribadi seperti soal pacar dan patah hati, ha-ha-ha. Jadi lucu kalau ingat....”

Dalam perjumpaan-perjumpaan itu, Hafizah tak melewatkan kesempatan mengenalkan Indonesia, terutama wisata-wisata alam. Ke mana pun pergi, Fizah mengantongi sebuah bola dunia kecil untuk menunjukkan letak Indonesia. ”Kayak guru geografi deh gayanya ha-ha-ha....”

Tibalah saatnya para kontestan voting untuk gelar Miss International Friendship. Alangkah terkejutnya Hafizah ketika dirinya dan nama Indonesia disebut untuk dianugerahi gelar itu. Dia tidak menyangka akan memenangi hati para kontestan lain. Sebelumnya, Indonesia paling jauh masuk sebagai 15 besar dalam ajang Miss International. Hafizah pulang membawa oleh-oleh gelar Miss International Friendship.

Persahabatan tetap terbawa setelah para kontestan pulang ”kampung”. ”Aku pernah mengadakan reunian di Ubud, Bali, untuk kontestan Miss International. Teman dari Lebanon, Yunani, Singapura, Malaysia, Jepang, dan Sri Lanka bergabung di Bali.”

Salah satu sahabat Hafizah, kontestan dari Jepang, bahkan memilihnya sebagai anggota panitia penyelenggaraan Miss International tahun 2012 di Negeri Sakura itu. Bagi Fizah, sahabat dapat tetap berbagi tanpa terbatas ruang dan waktu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com