Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 02/09/2022, 07:49 WIB
Felicitas Harmandini

Editor

KOMPAS.com - Area vagina yang lembap akibat keringat atau menstruasi tentu membuat banyak wanita ingin membasuhnya hingga terasa bersih.

Vagina adalah saluran antara leher rahim dan alat kelamin perempuan, sekaligus liang sanggama pada perempuan.

Nah, kamu yang suka membasuh area intim tersebut dengan sabun mandi, ada baiknya mulai berhati-hati.

Baca juga: Menjaga Vagina agar Wangi Sepanjang Hari

Sebab, sejumlah peneliti mengungkapkan, menggunakan shower gel, sabun, ataupun pelumas di area intim akan membuat kamu malah berpotensi terkena infeksi menular seksual.

Para peneliti dari Universitas California, Amerika Serikat menyampaikan, sabun dan pelumas tertentu dapat merusak jaringan sensitif di sekitar area intim perempuan.

Risiko infeksi pada vagina

Ilustrasi infeksi jamur pada vagina. Vagina gatal dan nyeri adalah salah satu gejala infeksi jamur pada vagina yang perlu diwaspadai. Penyebab infeksi jamur pada vagina biasanya karena pertumbuhan jamur candida berlebihan.  Shutterstock/Siriluk ok Ilustrasi infeksi jamur pada vagina. Vagina gatal dan nyeri adalah salah satu gejala infeksi jamur pada vagina yang perlu diwaspadai. Penyebab infeksi jamur pada vagina biasanya karena pertumbuhan jamur candida berlebihan.
Kondisi ini selanjutnya membuat area tersebut mudah terkena infeksi penyakit akibat virus herpes, bakteri chlamydia, dan bahkan HIV.

Menurut Ketua Penelitian, Joelle Brown, pemakaian produk-produk di atas dapat meningkatkan resiko terkena bacterial vaginosis.

Baca juga: Vagina Bau? Cermati Penyebab dan Cara Mengatasinya

Ini adalah kondisi di mana keseimbanganbakteri di area intim terganggu sehingga berisiko terjadi infeksi.

Dalam penelitian ini, Brown melibatkan 141 perempuan di Los Angeles yang bersedia menjawab kuesioner dan menjalani tes lab vagina.

Hasilnya, peneliti menemukan, 66 persen perempuan kerap menggunakan pelumas saat berhubungan seks, dan pembersih sampai ke bagian dalam area intim.

Produk yang paling banyak digunakan adalah pelumas seksual, 70 persennya pelumas komersial, sementara 17 persen lainnya menggunakan petroleum jelly dan 13 persen lagi menggunakan minyak (oil).

Baca juga: Kenali, Bermacam Aroma Vagina dan Arti di Baliknya...

Hasil tes menunjukkan, perempuan yang menggunakan produk sampai ke bagian dalam vagina, seperti minyak dan vaseline, mengalami infeksi bakteri dan jamur, demikian dilaporkan jurnal Obstetrics and Gynaecology.

Sementara itu, 40 persen perempuan yang menggunakan petroleum jelly sebagai lubricant juga mengalami bacterial vaginosis, infeksi yang disebabkan oleh sejumlah bakteri.

Sementara 44 persen lainnya yang menggunakan minyak, positif mengidap Candida, atau  jamur yang menyebabkan infeksi.

Para peneliti menilai, resiko infeksi yang terjadi disebabkan oleh produk yang menurunkan level pH dan bakteri baik di sekitar area intim.

Akibatnya, risiko terkena infeksi makin tinggi. Normalnya, area intim tidak hanya didiami bakteri jahat, tapi juga bakteri baik untuk melindungi dari infeksi dan virus.

Baca juga: Cara Merapatkan Vagina, Fakta atau Mitos?

Keseimbangan alami di area intim juga terganggu dengan adanya produk-produk seperti sabun, shower gel, dan parfum.

Produk berbahan petroleum jelly mestinya hanya diaplikasikan untuk bagian luar, dan sudah disampaikan pada sampul luar produk.

Tidak direkomendasikan sebagai pelumas atau penggunaan lain yang sampai ke dalam area vagina.

Dr Mary Marnach, spesialis obstetri dan ginekologi di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, mengklaim, pelumas yang ada di pasaran pada dasarnya mengandung gliserin yang juga berpotensi menyebabkan infeksi jamur dan bacterial vaginosis.

Oleh karena itu, dia menganjurkan kalaupun menginginkan pelumas untuk berhubungan seksual, perempuan dianjurkan memakai yang berbahan tanpa glisering, seperti astroglide free, dan yang berbahan dasar silikon.

Pendapat serupa kemudian juga disampaikan Dr Sovra Whitcroft, spesialis obstetri dan ginekologi dari Surrey Park Clinic, Guildford.

Menurut dia, beberapa produk berbahan kimia dan parfum dapat menyebabkan iritasi pada kulit sensitif. Lebih jauh, dia juga berisiko terkena infeksi jamur dan bakteri. 

Baca juga: Mengenal Infeksi Bakteri Vagina yang Berisiko Sebabkan Keguguran

Untuk lebih amannya, dokter menganjurkan agar perempuan tetap menjaga kesehatan area intim dengan membersihkannya secara rutin.

Wanita harus mengganti celana dalam setiap hari tanpa harus memakai deodoran atau bahan kimia untuk membuatnya wangi.

Kesimpulannya, pemakaian produk berbahan kimia untuk area intim ada baiknya mulai diwaspadai.

Kompas TV


Rawat kecantikan tubuh, wajah itu penting. Ragam jenis perawatan pun dapat dipilih mulai dari lulur tubuh, body spa, massage tubuh tersedia. Tapi kali ini Klinik Kilat ingin jajal perawatan vagina lewat ritual Ken Dedes. Di rangkaian perawatannya lengkap, mulai dari foot ritual, luluran, steam tubuh, body massage hingga ratus. Nah ngomong-ngomong soal ratus, treatment ini dipercaya dapat meningkatkan kebersihan dan kesehatan organ intim wanita atau vagina. 

Tak hanya itu, manfaatnya banyak Juga untuk mengurangi keputihan di vagina, hingga mengurangi cairan lendir yang berlebih dan mencegah penumbuhan bakteri. Ratus yang digunakan adalah ratus kering. Yakni menggunakan akar-akaran rempah yang dibakar dengan bara api. Pelanggan biasanya akan duduk di bangku yang sudah ada lubang di bagian tengah. Lalu bara api ditaruh di bawah bangku, dan proses pengasapan organ intim dimulai. 

Ritual Ken Dedes diilhami dari Kerajaan Singosari pada abad ke 18. Treatment ini tidak disarankan untuk orang yang sedang hamil. Karena menggunakan bahan-bahan seperti mawar, melati dan cendana. Di mana bahan-bahan ini mengandung afrodisiak yang dapat meningkatkan gairah seksual.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com