Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2013, 17:37 WIB

KOMPAS.com - Meningitis atau radang selaput otak adalah penyakit yang bisa berakibat fatal karena menyebabkan gangguan otak dan kelumpuhan. Orang yang terinfeksi meningitis akan mengalami beberapa gejala khas, mulai dari mual, muntah, demam tinggi mendadak, serta rasa kaku di belakang leher.

Rasa kaku di belakang leher (kuduk) ini menyebabkan leher menjadi pegal sehingga tidak bisa digerakkan. "Saking kakunya sampai tengadah tidak bisa. Leher lurus saja," kata dokter spesialis penyakit dalam Dr.Iris Rengganis KAI, FINASIM pada kampanye menyambut hari meningitis sedunia bertajuk Saatnya Bekali Diri untuk Lindungi Bangsa, Cegah Meningitis di Jakarta, Selasa (23/4/13).

Kakunya bagian kuduk tersebut disebabkan serangan kuman meningitis ke daerah selaput dan korda spinalis yang merupakan sistem saraf pusat. Masifnya serangan menimbulkan rasa kaku pada penderita yang bisatimbul 2-3 hari setelah tertular kuman meningitis.

"Sebetulnya masa inkubasi kuman meningitis 2-10 hari, namun jika daya tahan tubuh lemah dan serangan kuman masif kaku kuduk terjadi lebih cepat," kata Iris.

Kaku kuduk ini bisa dialami oleh infeksi bakteri dan virus penyebab meningitis. Meski diawali demam dan rasa mual sehingga mirip dengan gejala flu, namun yang membedakan meningitis dengan infeksi flu adalah tidak adanya batuk atau pilek.

Penanganan meningitis secara cepat akan memperbesar kesembuhan. "Penderita meningitis sebaiknya sudah mendapat penanganan sebelum 24 jam. Kalau sudah kaku kuduk berarti serangan sudah lebih masif," kata Iris.

Memang tidak mudah mengenali gejala meningitis. Tetapi orang yang perlu dicurigai adalah mereka yang baru pulang bepergian dari daerah endemik meningitis, misalnya usai menunaikan ibadah haji.

Daerah endemik meningitis meliputi Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Australia. Walau bukan daerah endemik, Saudi Arabia banyak didatangi orang dari berbagai belahan dunia. Kondisi ini membesar kemungkinan kuman meningitis lebih mudah menyebar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com