Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/04/2013, 11:08 WIB

KOMPAS.com - Perhiasan dari daerah-daerah di Indonesia sangat banyak dan beragam. Dari anting, kalung, gelang, hingga hiasan kepala, masing-masing punya bentuk yang unik dan cerita. Memakainya berarti juga turut menjaga dan melestarikan.

Dulu, perhiasan semacam ini biasanya dipakai untuk melengkapi busana daerah, seperti upacara adat dan keagamaan, juga untuk aksesori kostum tari. Kini, perhiasan-perhiasan tersebut bisa dipakai untuk aksesori busana sehari-hari.

"Setiap daerah di Indonesia kaya akan ragam perhiasan, dan ternyata semua bisa dipakai, tidak hanya untuk acara khusus tapi juga untuk sehari-hari," ujar Ria Glenn, salah satu pendiri Manjusha Nusantara, saat talkshow "Citra Kemilau Nusantara"di Palalada, Alun-alun Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (25/4/2013) lalu.

Di samping Ria, turut hadir tiga pendiri Manjusha Nusantara lainnya, yakni Yasmin Wirjawan, Ina Symonds, dan Terry Supit. Mereka fokus pada pelestarian budaya, khususnya perhiasan, dengan membuat replikanya. Tentunya dengan ukuran yang dibuat lebih ringkas, sehingga cukup menarik perhatian tapi tidak terlalu mencolok.

Talkshow yang digelar kemarin merupakan bagian dari peringatan hari jadi yang kedua bagi Manjusha Nusantara, sejak didirikan bulan April 2011. Selain talkshow juga digelar peragaan busana bersama koleksi Essetra dan Ayu Mirah.

"Kami juga menggelar pameran di Alun-alun selama dua minggu, dan berakhir pada 30 April nanti, untuk memperlihatkan beberapa koleksi perhiasan yang kami punya," tambah Ria.

Nama yang diusungnya, Manjusha Nusantara, bermakna sekotak perhiasan dari nusantara. Maka koleksi yang ditampilkan berasal dari beragam daerah, ada kalung dari Sumatra Utara, Sumatera Selatan, Sumba, hingga Bali. Perhiasan ini dibuat dari tembaga, perak, dan ada juga yang berlapis emas.

"Untuk setiap perhiasan kami sertakan juga cerita di baliknya, sehingga nanti masyarakat sebagai pemakai juga bisa bercerita ke yang lain," ujar Terry Supit menambahkan.

Sebagai contoh, perhiasan Kanatar Sumba. Kalung yang tampak sederhana dengan satu untaian panjang itu dulu kerap digunakan untuk ritual spiritual. Bentuknya menarik dan unik, sehingga kalaupun dipakai di era sekarang masih bisa.

Hari itu, masing-masing pendiri Manjusha Nusantara mengenakan koleksi dari berbagai daerah yang dipadupadankan. Yasmin dengan koleksi kalung dari Bali, Ina dengan perhiasan dari Jambi dan giwang Bali, Terry memakai giwang Bali dan kalung Aceh, sementara Ria memakai cincin dan kalung Batak.

"Sebelum buat perhiasan, kami riset ke museum, baca buku, baru memproduksinya," tutur Terry.

Setelah dua tahun berjalan, Manjusha Nusantara sudah meriset perhiasan antik dari hampir seluruh daerah di Indonesia. Tiap tahun ada tema koleksi, dan baru-baru ini mereka merilis koleksi perhiasan Sriwijaya, bertajuk Swarna Dwipa.

Yasmin lalu menuturkan kalau peringatan tahun kedua Manjusha masih merupakan upaya mengenalkan ragam perhiasan dan kekayaan yang ada di setiap daerah di Indonesia. Menurutnya, ada tiga hal yang mau dicapai oleh Manjusha Nusantara. Pertama, mengenalkan ragam perhiasan nusantara tidak hanya untuk lokal tapi juga untuk publik di luar negeri. Kedua, sebagai promosi kekayaan budaya. Ketiga, untuk membina pengrajin perhiasan di daerah.

"Kalau bukan kita, siapa lagi yang melestarikan hasil budaya kita," tutup Ria di hadapan para pecinta perhiasan dan busana tradisional yang hadir hari itu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com