Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/05/2013, 10:38 WIB

Kompas.com - Penyakit stroke menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Di urutan kedua diisi tuberkulosis, kemudian kecelakaan lalu lintas.

Di Indonesia, dari sekitar 1000 penduduk, 8 orang diantaranya terkena stroke. Sementara itu 1 dari 7 orang yang meninggal dunia disebabkan oleh stroke.

Menurut peneliti dari Universitas Washington, Amerika Serikat, Christopher JL Murray, dalam dua dekade terakhir beban akibat kematian atau kecacatan stroke naik 76 persen. Adapun beban kecelakaan jalan raya naik 36 persen.

"Kondisi Indonesia termasuk tidak biasa jika dibandingkan dengan 15 negara lain yang diteliti. Ini menunjukkan Indonesia pada transisi menuju negara maju dengan pendapatan perkapita lebih tinggi," katanya di Jakarta, Selasa (30/4/13).

Ia menambahkan, tingginya faktor risiko penyakit stroke antara lain disebabkan karena tingginya jumlah penderita hipertensi di Indonesia. Kondisi tersebut dipicu oleh konsumsi garam, tembakau, dan rendahnya konsumsi buah dan sayur.

Indonesia merupakan negara pengonsumsi rokok terbesar di dunia setelah Cina, USA, dan India. Rerata jumlah rokok yang dikonsumsi perhari orang Indonesia sekitar 10 batang.

Pola makan yang tidak sehat menjadi penyebab lain. Konsumsi buah dan sayur kurang dari 50 gram perhari.

Peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan, dr.Soewarta Kosen, MPH, mengatakan, pola penyakit di Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera, didominasi penyakit tidak menular seperti stroke dan hipertensi. Sementara di Indonesia Timur polanya mirip dengan negara miskin, yakni penyakit menular seperti tuberkulosis.

"Kondisi ini membuat kita menanggung kerugian besar karena penyakit stroke makin banyak diderita orang berusia produktif," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com