Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/05/2013, 12:18 WIB

KOMPAS.com - Anda pasti malas keluar rumah jika cuaca sedang terik. Alasannya, karena tak ingin terpapar sinar matahari yang panas dan bisa menghitamkan kulit.

"Memang benar paparan sinar matahari yang terik ini banyak mengandung sinar UV A yang bisa membuat kulit jadi hitam," jelas dr Amaranila L. Drijono, SpKK, saat peluncuran produk kecantikan beberapa waktu lalu di Jakarta.

Iklim tropis dan adanya dua musim di Indonesia membuat Indonesia menjadi negara yang memiliki intensitas paparan sinar matahari yang cukup kuat dibandingkan negara di Eropa. Akibatnya, intensitas sinar UV A yang diterima penduduk Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan negara-negara Eropa.

"Nggak heran kalau banyak orang Eropa yang lama berjemur untuk tanning (menghitamkan kulit) di pantai Eropa, karena proses tanning-nya sangat lama. Demikian juga jika kita berjemur di sana, kulit tidak akan terlalu hitam dibanding saat berjemur di Indonesia dalam waktu yang sama," tambahnya.

Saat terpapar matahari, sinar UV A ini akan masuk ke dalam kulit dan mengaktifkan sel pigmen kulit (melanin). Dengan aktifnya melanin, maka pigmen kulit yang berwarna kecoklatan akan diproduksi lebih banyak dan disebar ke seluruh permukaan kulit yang terpapar. Akibatnya, Anda akan terlihat lebih hitam dibandingkan sebelum terpapar.

Meski sinar matahari di Eropa tak banyak mengandung UV A, bukan berarti Anda bisa bebas berjemur tanpa takut jadi hitam saat berlibur di sana. Anda juga harus tetap waspada karena ternyata sinar matahari di negara empat musim banyak mengandung sinar UV B. Bahayanya, sinar UV B bisa berpotensi menyebabkan penuaan kulit.

Nila, begitu perempuan ini biasa disapa, menambahkan bahwa paparan sinar UV B yang terlalu lama akan terserap oleh kulit dan merusak sel-sel kulit sehingga menyebabkan timbulnya keriput. Di Indonesia sendiri, intensitas UV B tidaklah setinggi di Eropa. Buktinya meski terlihat lebih hitam, orang Indonesia terlihat lebih muda dibandingkan orang Eropa.

Walau demikian, Anda juga harus berhati-hati terhadap paparan UV B. Karena ternyata intensitas UV B yang tertinggi ini justru terdapat di daerah pegunungan, saat cuaca sedang mendung, serta tertutup awan tebal.

"Jangan terkecoh dan menganggap cuaca yang adem karena tertutup awan tebal, dan ada di daerah pegunungan ini bebas dari sinar UV. Memang, sinar UV A-nya sedikit jadi tidak akan hitam, namun justru UV B-nya yang tinggi," ungkapnya.

Untuk menjaga kulit agar terhindari dari bahaya kedua UV tersebut, maka Nila menyarankan untuk selalu menggunakan krim tabir surya. Hanya saja, sebaiknya gunakan krim tabir surya yang bisa melindungi kulit dari kedua sinar berbahaya itu. Pastikan krim tabir surya Anda mengandung SPF (perlindungan terhadap UV B) yang sesuai dan juga PA (perlindungan terhadap UV A).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com