Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kampung Gajah", ketika Manusia dan Gajah Hidup Serumah

Kompas.com - 04/06/2013, 10:20 WIB

KOMPAS.com - Jika Anda pernah menonton film Holywood produksi 2007 berjudul "The Golden Compass", mungkin Anda sudah familiar dengan konsep hidup di film itu, bahwa setiap anak akan "terhubung" dengan seekor binatang. Praktik hampir serupa, namun tak sama, juga terjadi di India.

Selama perjalanan waktu dari generasi ke generasi, para pengendara gajah yang disebut dengan Mahout sudah memulai "perannya" dalam tatanan sosial India sejak kecil. Anak-anak laki-laki akan terikat pada seekor gajah seumur hidupnya. Seorang Mahout akan memiliki hubungan istimewa dengan gajah "pribadi"-nya.

Sayangnya, para Mahout tersebut tidak memiliki penghasilan memadai. Setiap bulan mereka hanya memiliki penghasilan sebesar 5.000 rupee atau setara dengan Rp 870.000.

Terkait itu, dengan semangat memperbaiki kehidupan para Mahout, sebuah perusahaan asal India, RMA Architects, membuat rumah-rumah bagi para Mahout dan gajah-gajahnya. Proyek RMA ini memenangkan kompetisi yang dibuat oleh Pemerintah Rajasthan. Rajasthan merupakan area pemerintahan terbesar di India yang dikenal dengan sebutan "tanah para raja".

Menyerupai garasi

RMA meraih medali emas untuk kategori arsitektur terbarukan yang diselenggarakan oleh Universitas Ferrara dari Italia. Strategi dalam mendesain pemukiman bagi para Mahout adalah dengan memusatkan perhatian pada kebutuhan perbaikan lingkungan di area setempat. Pasalnya, selama ini daerah tersebut hancur akibat eksploitasi pertambangan pasir.

Selain itu, perusahaan arsitektur ini juga mempertimbangkan keperluan para gajah. Gajah-gajah yang menjadi "pusat perhatian" perkampungan ini tinggal dalam ruangan-ruangan menyerupai garasi. Temboknya hanya setengah dari tembok rumah.

Gajah-gajah itu dapat bebas bermain dengan anak-anak setempat. Sementara itu, para penduduk yang tinggal di perkampungan ini akan memasak dan menyantap makanan di luar ruangan.

Sebelum Rahul Mehrotra dari RMA membangun kawasan ini, para Mahout hidup dalam kondisi tidak menyenangkan dan tidak sehat. Mereka tidak memiliki sumber air yang cukup untuk para gajah. Padahal, setiap gajah membutuhkan 300 liter air per hari. Bayangkan, bila terdapat 100 gajah x 365 hari x 300 liter, hampir 11 juta liter air diperlukan setiap tahunnya.

Kini, jumlah air yang mampu dipasok mencapai 20 juta liter. Selain kebutuhan akan air, perancang wilayah ini juga harus mengenal betul karakter alam lokasi. Hal ini bertujuan untuk memilih material yang tepat dan ramah lingkungan "Kampung Gajah" yang sebenarnya bernama Hathigaon ini.

Hathigaon berada di kaki bukit Istana Amber dan sebuah benteng dekat Jaipur. Desain lokasi tersebut juga mengikutsertakan pembuatan struktur lanskap untuk membuat penampungan air hujan. Dengan cara ini, para Mahout tidak hanya memiliki cukup air bagi para gajah, namun juga untuk kelangsungan hidup mereka dan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com