Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Talitha Andini: Apoteker dengan Banyak "Side Job"

Kompas.com - 15/06/2013, 16:05 WIB

Ia bahkan pernah mewakili sekolahnya untuk berkompetisi di olimpiade biologi tingkat nasional dan menjadi peraih nilai tertinggi ujian akhir nasional. Kecerdasan Talitha antara lain tampak dari gaya bicaranya yang runtut dan teratur. ”Saya lebih fokus pada pelayanan kesehatan. Titik beratnya ke pasien, bukan produk,” kata Talitha.

Ketika menyelesaikan pendidikan S-1 Farmasi Klinik dan Komunitas ITB, Talitha sempat magang sebagai apoteker di Puskesmas Soreang, Bandung. Di pelosok pedesaan itu, Talitha semakin menyadari peran penting apoteker.

Apoteker harus menitikberatkan pelayanan pada kebutuhan pasien. Pemilihan obat tidak hanya terkait dengan kondisi kesehatan, tetapi juga harus memperhitungkan kemampuan ekonomi. Obat harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien sehingga tidak bisa mengandalkan produksi massal pabrikan.

Meracik obat sendiri menjadi pengalaman menarik bagi Talitha.”Meracik obat itu gabungan antara seni dan perhitungan sains. Kita diajari membuat obat jangan bergantung pada alat listrik. Farmasis harus bisa memberi pengobatan dalam kondisi apa pun,” kata Talitha.

Sambil menyingsingkan lengan baju, Talitha terbiasa membuat obat racikan serbuk (puyer). Untuk membuat dosis kecil, apoteker tidak mungkin menggunakan blender. Obat itu lantas harus digerus memakai mortal.

Ketika membuat emulsi ikan, seluruh tubuh Talitha bakal berbalut bau ikan. Membuat emulsi, menurut Talitha, membutuhkan ketelatenan tingkat tinggi. Agar fase air dan minyak tidak terpisah, ia harus telaten mengukur suhu bahan emulsi sambil terus menggerus dengan kecepatan konstan.

Di luar negeri, kata Talitha, profesi apoteker sudah setara dengan dokter dan perawat. ”Apoteker belum maju ke depan untuk melayani pasien. Padahal kami ini penjaga terakhir sebelum obat sampai ke pasien,” ujar Talitha.

Talitha menikmati setiap peran yang dijalaninya di bidang layanan kesehatan, budaya, dan modeling. ”Harus ada poin lebih dari setiap orang. Poin lebih saya karena punya banyak kegiatan sampingan. Saya tipe orang yang penginnya banyak,” kata Talitha.

Kamar mandi

Talitha punya cara unik agar punya waktu buat diri sendiri. Jika mulai bosan dengan apa pun yang sedang dikerjakan, Talitha bakal lari ke kamar mandi.

Me time-nya di kamar mandi. Ibu saya enggak bisa komplain saya kalau sudah di kamar mandi,” kata Talitha.

Di kamar mandi, ia akan menyalakan keran air sambil memutar musik dari telepon seluler. Ia lalu berjingkrak-jingkrak. ”Goyang-goyang sedikit. Asal gerak saja, tetapi itu me time saya,” kata Talitha.

Ia menyukai semua jenis lagu yang bisa membuatnya menari. ”Enggak ada yang bisa ganggu saya di kamar mandi,” ujar Talitha.

Meski piawai menari, Talitha menegaskan bahwa dirinya tidak suka clubbing, tidak merokok, dan antialkohol. Talitha juga memberlakukan hidup sehat dengan berenang dan yoga bersama ibunya.

Untuk transportasi yang murah, gadis jelita ini memilih memanfaatkan jasa angkot dari tempat indekos menuju kampus ITB. Mobil yang diperolehnya ketika menjadi Pemenang I Wajah Femina hanya digunakan di Jakarta.

Terkait urusan makan, ia mengaku melahap semua jenis makanan. ”Makin tahu obat, kita makin menghindari obat itu. Saya makan semua makanan sehat, enggak ada yang favorit banget. Semua tak lebokke (saya masukkan mulut),” kata perempuan berdarah campuran Jawa, Aceh, dan Padang ini.

• Lahir: Jakarta, 6 April 1991
• Pendidikan:
- Profesional Apoteker Institut Teknologi Bandung (2012-sekarang)
- S-1 Farmasi Klinik dan Komunitas ITB (2007–2012)
- SMA 70 Bulungan, Jakarta (2004-2007)
• Penghargaan:
- Mahasiswa Berprestasi Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung 2013
- Pemenang 1 Wajah Femina 2012 - Wakil 1 None Jakarta Utara 2012
- Delegasi Indonesia untuk Konferensi Komunitas ASEAN 2015 di Bangkok, Thailand, tahun 2011.
- Delegasi budaya Indonesia pada Farmasi Pedesaan ASEAN, Departemen Luar Negeri Thailand, tahun 2011.
- Wakil WHO untuk analisis sistem manajemen untuk obat-obatan dan peralatan medis di Indonesia, tahun 2012.
- Pembuat esai terbaik pada Global Youth Assembly, tahun 2012.
- Penulis jurnal internasional tentang pemanfaatan antibiotik, tahun 2012.
- Pemenang I dan Runner-Up kompetisi tari saman nasional, tahun 2004-2007.

(Mawar Kusuma)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com