Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Talitha Andini: Apoteker dengan Banyak "Side Job"

Kompas.com - 15/06/2013, 16:05 WIB

KOMPAS.com - Hidup Talitha Andini Prameswari (22) seperti gado-gado. Sebagai apoteker di laboratorium, ia piawai meracik obat. Dengan tangan yang sama, Talitha gemulai menari hingga melenggak-lenggok sebagai model. Ke mana pun Talitha melangkahkan kaki, ia sanggup menjerat perhatian. Awalnya orang akan tertarik suara cetak-cetok sepatu hak tingginya. Begitu tersandera senyum dan keluwesan gesture Talitha, jarang ada yang langsung bisa memalingkan muka.

”Penampilan penting, dilihat pertama. Kalau kita berantakan, dianggap kurang bisa dipercaya. Minimal rapi dan sesuai kondisi,” kata Talitha.

Ditemui di butik langganannya, Talitha benar-benar memperhatikan dandanan hingga detail terkecil. Ia mempercayakan kepada desainer May Suwandi untuk pakaian-pakaian yang akan dikenakan pada sesi pemotretan. Talitha juga membawa penata rias wajah sendiri. Di depan kaca yang diletakkan di atas meja, ia menikmati sapuan lipstik merah ke bibirnya yang mungil. Hanya dengan riasan tipis Talitha tampil sesegar bunga.

Jika sedang sibuk dengan ujian pada program profesi pelayanan farmasi yang diambilnya di Institut Teknologi Bandung (ITB), Talitha biasanya menyambi membaca tumpukan materi kuliah sambil dirias. Bagi Talitha, pendidikan tetap ada di urutan nomor satu.

Ia sempat melepas kesempatan menjadi None Jakarta demi kuliah. Kala itu, Talitha yang sedang menjalani masa karantina sebagai Wakil I None Jakarta Utara 2012 tidak mendapat izin untuk ujian sidang. ”Ya, sudah bejo-nya (keberuntungannya) di tempat lain,” ujar Talitha.

Didorong oleh ibunya, ia menjadi Pemenang I Wajah Femina 2012. Dari awalnya sekadar untuk bersenang-senang dan menambah uang jajan, terjun ke dunia modeling ternyata membuka jaringan baru bagi Talitha.

Niat baik
Bersama dua rekannya sesama mahasiswa di ITB, Talitha kini sedang sibuk menyelenggarakan Sukarsa Nusantara Internasional Cultural Summer School. Kegiatan yang akan digelar pada akhir tahun ini, menurut rencana, akan diikuti 50 peserta dari seluruh dunia.

Sukarsa yang dipungut dari bahasa Sanskerta bermakna "niat baik" ini menyasar mahasiswa berusia 18-25 tahun. Mahasiswa beragam negara, seperti dari Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan Qatar sudah menyatakan ketertarikannya.

Awalnya Talitha tergerak ingin memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada masyarakat dunia. Selama ini anak-anak muda Indonesia sering diundang untuk berkenalan dengan budaya asing. Namun, sangat jarang ada undangan untuk mempelajari budaya Indonesia.

Dari awalnya nekat, kegiatan itu lantas mendapat dukungan dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). ”UNESCO tertarik karena jarang ada kegiatan dengan titik berat kebudayaan. Ini satu-satunya cultural summer school pertama di dunia,” kata Talitha.

Perwakilan dari UNESCO akan turut memberikan materi pembekalan tentang budaya. Dari UNESCO, peluang bekerja sama dengan Young Guardian yang aktif dalam kegiatan konservasi Candi Borobudur pun terbuka.

Ketertarikan Talitha pada budaya Indonesia dimulai sejak ia belajar menari pada usia tiga tahun. Beberapa kali ia turut pentas hingga ke luar negeri. Hingga kini Talitha masih bergabung di sanggar tari One A di Bandung.

Ia juga mengajar tari bagi anak-anak jalanan di Sanggar Akar. Dari tari Talitha belajar tampil luwes dan terbiasa menjaga gerakan. Karena itu, ia mudah beradaptasi ketika terjun ke dunia modeling.

”Jika stres, release-nya pake nari, bukan untuk mata pencaharian,” ujar Talitha yang piawai menari Bali, Sunda, Jawa, Aceh, dan Sumatera Barat.

Asyik meracik
Meski menjajal dunia modeling dan tari, perhatian utama Talitha lebih tersedot pada pendidikannya di bidang layanan kesehatan publik. Sejak SMA, Talitha sudah jatuh cinta pada dunia sains.

Ia bahkan pernah mewakili sekolahnya untuk berkompetisi di olimpiade biologi tingkat nasional dan menjadi peraih nilai tertinggi ujian akhir nasional. Kecerdasan Talitha antara lain tampak dari gaya bicaranya yang runtut dan teratur. ”Saya lebih fokus pada pelayanan kesehatan. Titik beratnya ke pasien, bukan produk,” kata Talitha.

Ketika menyelesaikan pendidikan S-1 Farmasi Klinik dan Komunitas ITB, Talitha sempat magang sebagai apoteker di Puskesmas Soreang, Bandung. Di pelosok pedesaan itu, Talitha semakin menyadari peran penting apoteker.

Apoteker harus menitikberatkan pelayanan pada kebutuhan pasien. Pemilihan obat tidak hanya terkait dengan kondisi kesehatan, tetapi juga harus memperhitungkan kemampuan ekonomi. Obat harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien sehingga tidak bisa mengandalkan produksi massal pabrikan.

Meracik obat sendiri menjadi pengalaman menarik bagi Talitha.”Meracik obat itu gabungan antara seni dan perhitungan sains. Kita diajari membuat obat jangan bergantung pada alat listrik. Farmasis harus bisa memberi pengobatan dalam kondisi apa pun,” kata Talitha.

Sambil menyingsingkan lengan baju, Talitha terbiasa membuat obat racikan serbuk (puyer). Untuk membuat dosis kecil, apoteker tidak mungkin menggunakan blender. Obat itu lantas harus digerus memakai mortal.

Ketika membuat emulsi ikan, seluruh tubuh Talitha bakal berbalut bau ikan. Membuat emulsi, menurut Talitha, membutuhkan ketelatenan tingkat tinggi. Agar fase air dan minyak tidak terpisah, ia harus telaten mengukur suhu bahan emulsi sambil terus menggerus dengan kecepatan konstan.

Di luar negeri, kata Talitha, profesi apoteker sudah setara dengan dokter dan perawat. ”Apoteker belum maju ke depan untuk melayani pasien. Padahal kami ini penjaga terakhir sebelum obat sampai ke pasien,” ujar Talitha.

Talitha menikmati setiap peran yang dijalaninya di bidang layanan kesehatan, budaya, dan modeling. ”Harus ada poin lebih dari setiap orang. Poin lebih saya karena punya banyak kegiatan sampingan. Saya tipe orang yang penginnya banyak,” kata Talitha.

Kamar mandi

Talitha punya cara unik agar punya waktu buat diri sendiri. Jika mulai bosan dengan apa pun yang sedang dikerjakan, Talitha bakal lari ke kamar mandi.

Me time-nya di kamar mandi. Ibu saya enggak bisa komplain saya kalau sudah di kamar mandi,” kata Talitha.

Di kamar mandi, ia akan menyalakan keran air sambil memutar musik dari telepon seluler. Ia lalu berjingkrak-jingkrak. ”Goyang-goyang sedikit. Asal gerak saja, tetapi itu me time saya,” kata Talitha.

Ia menyukai semua jenis lagu yang bisa membuatnya menari. ”Enggak ada yang bisa ganggu saya di kamar mandi,” ujar Talitha.

Meski piawai menari, Talitha menegaskan bahwa dirinya tidak suka clubbing, tidak merokok, dan antialkohol. Talitha juga memberlakukan hidup sehat dengan berenang dan yoga bersama ibunya.

Untuk transportasi yang murah, gadis jelita ini memilih memanfaatkan jasa angkot dari tempat indekos menuju kampus ITB. Mobil yang diperolehnya ketika menjadi Pemenang I Wajah Femina hanya digunakan di Jakarta.

Terkait urusan makan, ia mengaku melahap semua jenis makanan. ”Makin tahu obat, kita makin menghindari obat itu. Saya makan semua makanan sehat, enggak ada yang favorit banget. Semua tak lebokke (saya masukkan mulut),” kata perempuan berdarah campuran Jawa, Aceh, dan Padang ini.

• Lahir: Jakarta, 6 April 1991
• Pendidikan:
- Profesional Apoteker Institut Teknologi Bandung (2012-sekarang)
- S-1 Farmasi Klinik dan Komunitas ITB (2007–2012)
- SMA 70 Bulungan, Jakarta (2004-2007)
• Penghargaan:
- Mahasiswa Berprestasi Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung 2013
- Pemenang 1 Wajah Femina 2012 - Wakil 1 None Jakarta Utara 2012
- Delegasi Indonesia untuk Konferensi Komunitas ASEAN 2015 di Bangkok, Thailand, tahun 2011.
- Delegasi budaya Indonesia pada Farmasi Pedesaan ASEAN, Departemen Luar Negeri Thailand, tahun 2011.
- Wakil WHO untuk analisis sistem manajemen untuk obat-obatan dan peralatan medis di Indonesia, tahun 2012.
- Pembuat esai terbaik pada Global Youth Assembly, tahun 2012.
- Penulis jurnal internasional tentang pemanfaatan antibiotik, tahun 2012.
- Pemenang I dan Runner-Up kompetisi tari saman nasional, tahun 2004-2007.

(Mawar Kusuma)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com