Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/06/2013, 14:28 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


Kompas.com - Kabut asap yang mengandung berbagai polutan jika memasuki saluran napas bisa menyebabkan berbagai penyakit. Anak-anak menjadi pihak yang paling rentan terhadap dampak kabut asap tersebut.

Berat ringannya efek kabut asap terhadap kesehatan, menurut dr.Agus Dwisusanto, spesialis paru, tergantung pada tiga faktor, yakni agen hasil pembakaran, individu, serta faktor lingkungan yang meliputi cuaca dan arah angin.

"Pada individu yang sudah punya penyakit paru sebelumnya, misalnya asma atau penyakit paru obstruktif kronik, kabut asap bisa membuat penyakitnya sering kambuh," kata dokter dari Divisi Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.

Ia menambahkan, selain orang yang sudah punya riwayat gangguan pernapasan, orang yang daya tahan tubuhnya rendah seperti orang lanjut usia dan anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terdampak kabut asap.

Menurut dr.Nastiti Kaswandani, spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, anak-anak sangat rentan karena saluran napas mereka belum sempurna.

"Pipa pernapasan anak-anak diameternya lebih kecil dibanding orang dewasa. Jika ada rangsangan dari luar, misalnya asap, akan terjadi pembengkakan di pipa itu. Akibatnya saluran mukosa membengkak dan pipanya mengecil," katanya ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (25/6/13).

Pembengkakan pada saluran napas anak tersebut akan memudahkan terjadinya sumbatan. "Napas anak menjadi sesak, kalau ada lendir akan tambah sesak lagi," imbuhnya.

Infeksi pada saluran napas akibat kuman yang terbawa dalam kabut asap juga bisa meningkatkan risiko pneumonia (radang paru).

"Penelitian menunjukkan, anak-anak yang sakit pneumonia dan orangtuanya menggunakan kayu bakar atau bahan padat lainnya yang dibakar, risiko perburukan penyakitnya lebih besar. Anak-anak yang terkena polutan asap juga memiliki risiko kematian lebih besar," paparnya.

Kondisi udara yang buruk akibat kabut asap jika terjadi berminggu-minggu, menurut Agus, bisa menurunkan fungsi paru. "Jika komponen-komponen dalam asap itu terakumulasi di paru bisa mengurangi fungsi paru," katanya.

Selain batuk kronis, terlalu lama terpajan polutan asap akan menyebabkan penyempitan saluran napas, bahkan memicu timbulnya asma meski sebelumnya tidak ada riwayat penyakit asma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com