Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/06/2013, 19:12 WIB

Pada tahun 2008, Vindy kembali ke Indonesia berkumpul bersama ibunya. Sosoknya mulai muncul di sejumlah program televisi. Boleh jadi karena terlalu lama di negeri orang, bahasa Indonesianya pun terpatah-patah dengan logat kebarat-baratan, termasuk saat membawakan acara masak di televisi.

Vindy cinta masakan rumahan yang dianggapnya sebagai inti dari kuliner. Makanan itu harus sederhana, mudah, dan menghormati bahan-bahan segar. Berangkat dari ”filosofi” itu, Vindy kadang membuat yoghurt, roti, pasta, dan menggiling tepung gandumnya sendiri dari ragam biji-bijian.

Itu pula yang membuat dia menjadi penyuka makanan Italia lantaran masakannya cenderung sederhana, berbahan segar, dibuat dari nol, dan keluarga menghabiskan waktu bersama untuk memasak dan menikmatinya. Budaya menikmati makanan itulah keajaiban lain dari makanan.

Politik makanan
Kecintaan terhadap dunia kuliner membuat Vindy menyeberang jauh dari latar pendidikannya di bidang politik. Walaupun politik sebenarnya tak asing bagi Vindy. Ayahnya seorang politikus di Taiwan. Sejak kecil, Vindy terbiasa mengikuti berita-berita politik. Di universitas pun, Vindy belajar bagaimana dunia berputar karena politik. Kekuatan yang tarik-menarik dan permainan kekuasaan membuat politik jadi memikat. Hanya saja, hatinya lebih dulu kepincut masak-memasak. ”Saya suka politik, tetapi saya cinta kuliner. Itu hidup saya,” ujar Vindy.

Politik dan makanan pun bertemu dalam satu piring ketika dia didaulat terlibat acara Enjoy Jakarta Cultural Event demi memperingati hubungan persahabatan Kota Kembar Jakarta-Los Angeles yang diadakan Konsulat Jenderal Indonesia di Los Angeles tahun lalu. Vindy memasak dan mengenalkan kuliner Indonesia kepada para tamunya yang politisi, orang pemerintahan, dan duta besar. Bolehlah ajang itu disebut sebagai diplomasi makanan.

”Akhirnya, saya kembali lagi ke politik ha-ha-ha. Saya senang tamunya suka masakan Indonesia. Sekarang ini, palet lidah jauh lebih bertualang,” katanya.

Maka, ketika ditanya apakah makanan itu punya kekuatan? Vindy menjawab lantang, ”Absolutely!”. Makanan benda paling powerful karena memberikan kehidupan. Terlebih lagi, makanan menjalin ikatan dengan keluarga dan teman. ”And, the way to get a man is to cook something good, ha-ha-ha.” Siapa bilang makanan tak punya kuasa?

(Indira Permanasari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com