Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/07/2013, 13:46 WIB
Rahman Indra

Penulis

KOMPAS.com - Sehelai kain ternyata harus melalui proses yang cukup panjang. Berkualitas atau tidak justru berawal sejak saat masih menjadi benang, dicelup, diwarna, hingga jadi siap pakai. Bagaimana kain berkualitas tinggi diproses?

Pertanyaan itu tentunya menggugah rasa penasaran dan ingin tahu. Apalagi di saat industri mode Indonesia mulai bertumbuh seperti saat ini, perhatian utama tidak hanya pada desain busana saja, tapi apakah kain yang digunakan bermutu baik.

Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian (IKM Kemenperin) lalu mengajak serta sejumlah desainer dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan berkunjung ke pabrik tekstil Hakatex dan Sentra Majalaya yang berlokasi di Bandung, Selasa (2/7/2013) lalu.

Di pabrik tekstil modern Hakatex, bisa ditemukan beraneka ragam kain dengan motif segala rupa. Begitu memasuki area pabrik yang sudah berdiri sejak 1973 ini, didapati mesin-mesin berteknologi tinggi yang memproses kain dari berwarna putih polos hingga kemudian diwarnai menjadi sempurna.

Proses pewarnaan itu disebutkan menggunakan mesin cetak rotary Zimmer dengan maksimal hingga 16 warna dan mesin cetak Ichinose flat dengan maksimal 14 warna.

Hakatex merupakan pabrik tekstil berproduksi skala besar dengan kapasitas jumlah produk yang dihasilkan mencapai dua juta meter per bulan dengan 90 persen konsumennya adalah ekspor ke Amerika, Kanada, hingga Timur tengah, sementara 10 persennya lagi Asia.

Pabrik ini menghasilkan beberapa kain, seperti 100 persen katun, 100 persen viscose atau rayon, 100 persen linen, dan beraneka macam kain campuran. Minimal order untuk Hakatex yakni sebanyak 5000 meter kain.

"Sampai saat ini kami lebih banyak menerima pesanan dari luar negeri, seperti Amerika, Kanada, dan Turki," ujar Slamet Wiyono, Pimpinan Umum PT Hakatex.

Sekitar 20 perancang yang tergabung dalam APPMI turut serta melihat secara langsung proses pembuatan kain ini. Di antaranya Dina Midiani, Ferry Sunarto, Malik Moestaram, Ian Adrian, Mangala Iddi Chandra, Irna Mutiara, Fank Fank, dan Wignyo Rahadi.

Disampaikan Dina Midiani, anggota APPMI yang juga ketua perhelatan Indonesia Fashion Week (IFW), bergelut di dunia mode tidak hanya berkutat dengan desain dan peragaan busana. Tetapi juga mengetahui seluk beluk industrinya, dari tekstil, garmen, hingga berakhir di outlet atau retail.

"Ini sebagai langkah awal bagi sejumlah desainer untuk melihat secara langsung sehingga berproses dan pada akhirnya memajukan dunia mode Indonesia," tuturnya.

Ferry Sofwan Arif, Kadin Perindustrian dan Perdagangan Jabar, mengungkapkan bahwa Hakatex termasuk salah satu pabrik tekstil yang besar di Jawa Barat. Kata dia, aktivitas industri tekstil di Indonesia, 56 persennya berasal dari Jawa Barat.

"Jika Hakatex berproduksi skala besar, Sentra Majalaya menjadi pilihan untuk skala sedang dan kecil, di sana menjadi sentra perajin batik, tenun, dan songket," ujarnya menambahkan.

Dalam kesempatan yang sama, Euis Saedah, Dirjen IKM Kemenperin, mengungkapkan agenda kunjungan ke pabrik tekstil akan sangat berguna buat desainer dan asosiasi. Setidaknya bisa menjalin kerjasama dan mengetahui proses produksi. Bagaimana pabrik besar menyediakan bahan baku dan detail proses yang dilaluinya.

"Menarik, kita jadi seperti melihat lebih dekat lagi semua proses produksi," ujar Ian Adrian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com