Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/07/2013, 21:35 WIB
KOMPAS.com - Gemerlap hidup sebenarnya bisa dengan mudah diraih Melissa Yasmin Kapitan (30). Namun, si melati cantik yang gemar bersiul ini justru lebih senang ”tetirah” ke pelosok-pelosok pedesaan demi upaya pemberantasan kemiskinan.

Menyandang gelar juara tiga Putri Indonesia 2003, Yasmin sempat mencicipi dunia modeling. Kini hanya sesekali saja—jika merasa kangen—ia masih melangkah di catwalk. Selebihnya, Yasmin larut dalam program pemberdayaan masyarakat sebagai Communication Associate Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Support Facility Indonesia.

Ditemui di kantornya yang bernuansa rumahan di Menteng, Jakarta Pusat, ia banyak berbicara tentang program pemberdayaan masyarakat. Bagi Yasmin, pelayanan kepada masyarakat harus total dan tidak bisa disambi dengan kegiatan lain. ”Kalau soal pekerjaan, saya loyal. Ingin tahu keseluruhan proses dari awal sampai akhir sehingga bisa melihat perubahannya,” ujar Yasmin.

”Kadang, kalau jenuh di kantor, saya minta ke lapangan. Butuh disegarkan,” kata gadis berdarah campuran Belanda, Portugis, Maluku, dan Jawa ini.

Lapangan yang dimaksud adalah desa-desa yang terjangkau kucuran dana program PNPM. Program pembangunan berbasis komunitas ini telah menjangkau 63.000 desa dengan total kucuran dana Rp 70 triliun pada rentang 1998-2013.

Suntikan inspirasi
Perjalanan menuju pedesaan terpencil menjadi oase tersendiri bagi Yasmin. Ketika ia pergi ke desa-desa kecil di sekitar Danau Sentarum, Kalimantan Barat, misalnya, setelah berkendara dengan mobil, dia masih harus naik kapal cepat selama lima jam menyusuri sungai. Baru mau berkenalan dengan kepala desa atau camat, Yasmin biasanya sudah diperlakukan bak selebritas karena penampilannya yang menarik dengan tinggi 169 sentimeter dan berat 55 kilogram.

”Saya belum bawa tamunya, mereka sudah siap dengan kamera. Lho, saya ini bukan tamunya,” kata Yasmin tertawa.

Persentuhan akrab dengan warga desa ternyata membawa keberuntungan. Ia jadi lebih mudah menjalin komunikasi. Di PNPM Support Facility, Yasmin dan timnya berperan mendukung pemerintah untuk studi analisis dan membangun komunikasi terkait transparansi program.

Yasmin sering kali juga mengantar perwakilan dari negara-negara seperti Afganistan, Pakistan, China, Haiti, dan India yang tertarik belajar tentang PNPM. ”Percaya enggak sih kalau orang Indonesia bisa mandiri? Dan di PNPM itu terjadi,” katanya.

Bersentuhan langsung dengan masyarakat pedesaan menumbuhkan kecintaan tiada tara kepada Tanah Air. ”Indonesia sering kali dipandang negatif. Yang berhasil dan bagus di lapangan itu banyak banget. Indonesia butuh rasa positif yang lebih lagi. Pergi ke desa menjadi suntikan inspirasi,” kata Yasmin.

Betapa tidak, kesanggupan warga desa untuk mandiri sering kali membuatnya terkaget-kaget. Begitu dana dari pemerintah dikucurkan, warga desa mampu merencanakan dan membangun sendiri infrastruktur, seperti jembatan dan jalan, tanpa korupsi!

Apa yang dibangun itulah yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. PNPM yang dijalankan Kementerian Dalam Negeri untuk pedesaan dan Kementerian Pekerjaan Umum di perkotaan ini juga tidak takut gagal. Kegagalan justru menjadi sarana belajar.

Tertarik manusia
Yasmin sejak kecil terbiasa berpindah-pindah tempat mukim mengikuti orangtuanya yang pegawai BUMN. Pengalaman hidup berpindah-pindah itu membuatnya tidak merasa asing ketika bersentuhan dengan budaya dan orang-orang baru. Lahir di Palembang, Yasmin sempat bertempat tinggal di Ambon, Bali, Semarang, dan Jakarta.

”Lingkungan boleh enggak stabil, tetapi yang stabil ya keluarga saya. Ibu saya selalu meyakinkan keluarga kami enggak pernah kekurangan cinta dan itu dipastikan,” ujarnya.

Perubahan dan masyarakat yang berbeda justru membuat hati makin kaya dan memperbesar ketertarikan mempelajari lebih lanjut tentang manusia. ”Akhirnya, saya menjadi lebih baik karena telah membantu orang menjadi lebih baik,” kata Yasmin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com