Seiko, merek jam asal Jepang, tahun ini merayakan 100 tahun eksistensinya di dunia arloji. Salah satu keistimewaan jam produksi Seiko adalah mampu menggabungkan antara unsur teknologi tinggi dengan keterampilan para perajin tradisional.
Produk jam merek Seiko sendiri secara resmi masuk ke Indonesia pada bulan November 1965 ketika kapal pesiar Sakura Maru datang ke Jakarta.
Shinji Hattori, Presiden & CEO Seiko Watch Corporation menyebutkan dalam 100 tahun perjalanan Seiko, perusahaan ini telah melakukan beberapa kali perubahan revolusioner dalam dunia jam.
Revolusi pertama adalah di tahun 1969 ketika Seiko memperkenalkan Quartz Astron yang mengubah konsep jam tangan di dunia.
"Ini adalah jam tangan pertama yang memakai sistem 'quartz'. Kalau dulu jam mekanis kesalahannya bisa 20 detik per hari, dengan teknologi ini kesalahannya hanya 0,2 detik. Bahkan ada jam yang kesalahannya dalam setahun hanya satu detik," kata Hattori dalam acara seminar Monozukuri yang diadakan oleh Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang di Jakarta, Kamis (14/11/2013).
Hattori menyebut revolusi kedua yang dilakukan Seiko adalah ketika memperkenalkan koleksi jam Astron GPS Solar di tahun 2012. Keistimewaan jam ini adalah kemudahan penyetelan waktu. "Di mana saja Anda berada, jam tangan ini secara otomatis akan menyesuaikan dengan zona waktu tempat Anda berada tanpa perlu melakukan penyetelan," ujarnya.
Keunikan lain dari Seiko adalah menganut konsep "manufacture" yang berarti pembuatan semua komponen, baik yang besar atau kecil, sampai perakitan dan penyetelan dilakukan dalam satu pabrik.
"Tidak semua pembuat jam bisa memproduksi 'jantung' dari jam. Bahkan pembuat jam di Swiss membeli komponen dari perusahaan lain lalu merakitnya. Kalau kami di Seiko memilih membuat semuanya sendiri karena kami lebih mengutamakan unsur presisi," kata Hattori.
Selain jam-jam mekanis buatan mesin, Seiko juga terkenal akan arloji yang dibuat oleh tangan manusia. "Untuk jam dengan cita rasa seni tinggi, terutama dengan ketebalan hanya 1,98 mm, tidak mungkin dikerjakan dengan mesin karena terlalu tipis sehingga mudah melengkung," katanya.
Di workshop Seiko, ada beberapa orang perajin yang mengerjakan jam-jam buatan tangan ini. Mereka antara lain Mamoru Sakurada yang ahli menyusun ratusan komponen berukuran kecil dalam jam, serta Kiyoshi Terui yang punya keterampilan dalam membuat corak atau ukiran yang sangat halus, bahkan mengukir sampai kedalaman 0,5 mm.
Ketika memamerkan keahliannya, Sakurada dan Terui bekerja dengan bantuan mikroskop karena kecilnya bidang kerja mereka. Jam-jam tangan handmade tersebut dibuat berdasarkan pesanan dan baru selesai dikerjakan sekitar empat bulan. Dalam setahun hanya kurang dari 100 buah jam tangan yang bisa dihasilkan. Meski begitu peminatnya sangat banyak karena dianggap bernilai seni tinggi.