Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/03/2014, 10:37 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

Sumber Daily Mail

KOMPAS.com - Menikah adalah hak setiap individu. Tetapi pernikahan yang dilakukan di usia dini (kurang dari usia 20 tahun) beresiko buruk, baik secara medis atau pun psikologis. Sayangnya, pernikahan di usia muda adalah kenyataan di dunia, termasuk di Indonesia.

Di beberapa negara, praktek pernikahan di bawah umur sudah menjadi "budaya". Salah satunya di Bangladesh. Bakul, seorang remaja berusia 17 tahun dari Dhaka sudah dua tahun menikah dan kini memiliki bayi berusia 8 bulan yang ia beri nama Jui.

Saat usianya 15 tahun, Bakul dipaksa menikah dengan seorang tukang becak bernama Romy. "Mereka (orangtua) bilang akan bunuh diri jika aku tak mau kawin dengannya," katanya.

Setelah menikah, Bakul mengalami kehidupan yang keras. Ia dipaksa meninggalkan bangku sekolah dan harus tinggal di rumah untuk melakukan pekerjaan domestik dan mengurus anak. Setelah menikah, sang suami ternyata mulai memperlihatkan sifat aslinya. Ia sering meninggalkan anak istrinya dan hanya memberi nafkah 400 taka (sekitar Rp 58.000) per bulan.

"Dia menghabiskan lebih banyak uang dibanding pendapatannya, dan biasanya dia tidak memberi saya uang. Sebagian besar uang bulanan habis untuk makanan. Saya benar-benar menyesal menikah muda karena saya kehilangan banyak kebebasan," katanya.

Bakul bukan satu-satunya anggota keluarga yang dipaksa menikah muda. Ibunya, Nashima menikah pada usia 13 tahun. Ia melahirkan Bakul pada usia 16 tahun.

"Saya masih sangat muda dan tidak tahu suami saya, jadi saya takut padanya. Saya tidak tahu apa artinya punya suami," ujar Nashima.

Bakul dan ibunya bukan satu-satunya remaja putri yang dipaksa meninggalkan indahnya dunia remaja karena harus menikah. Dua puluh persen anak perempuan di Bangladesh menikah sebelum  usia 15 tahun dan 66 persen menikah sebelum usia 18 tahun.

"Penyebab pernikahan anak di Bangladesh sangatlah kompleks dan bervariasi. Namun praktek ini didorong dengan oleh adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih bernilai dari anak perempuan. Selain itu kemiskinan juga memengaruhi hal ini. Keluarga miskin menikahkan anak perempuan mereka sejak muda karena tekanan ekonomi dalam keluarga, dan semakin muda gadis ini dinikahkan maka mas kawinnya akan lebih murah," kata Kanwal Ahluwalia, Gender Adviser di Children Charity Plan Inggris.

Pernikahan dini juga menjadi senjata untuk mengontrol seksualitas perempuan. Ini juga dilakukan untuk mencegah perempuan menikah di luar perjodohan.

Menurut data UNICEF, ada beberapa negara yang memiliki tingkat pernikahan anak paling tinggi. Yaitu:
1. Nigeria, 75 persen
2. Chad, 68 persen
3. Republik Afrika Tengah, 68 persen
4. Bangladesh,66 persen
5. Guinea, 63 persen
6. Mozambik, 56 persen
7. Mali, 55 persen
8. Burkina Faso, 52 persen
9. Sudan Selatan, 52 persen
10. Malawi, 50 persen
11. Madagaskar, 48 persen
12. Eritrea,47 persen
13. India, 47 persen
14. Somalia, 45 persen
15. Sierra Leone, 44 persen
16. Zambia, 42 persen
17. Republik Dominika, 41 persen
18. Etiopia, 41 persen
19. Nepal, 41 persen

Fakta-fakta pernikahan di bawah umur

Seperti dikutip dari International Centre for Research on Women, ada beberapa fakta dan kerugian dari pernikahan di bawah umur:

1. Sepertiga anak perempuan di dunia menikah sebelum usia 18 tahun.
2. Satu dari sembilan perempuan menikah sebelum usia 15 tahun.
3. Jika kecenderungan ini terus berlanjut, 142 juta anak perempuan akan terancam menikah sebelum usia 18 tahun. Rata-rata 14,2 juta perempuan tiap tahunnya.
4. Gadis yang tinggal di keluarga miskin hampir dua kali lebih mungkin mengalami pernikahan dini dibanding anak keluarga kaya.
5. Gadis berusia 15 tahun lebih muda, lima kali lebih mungkin meninggal saat melahirkan dibanding perempuan 20 tahunan. Kehamilan adalah penyebab utama kematian perempuan di seluruh dunia untuk anak perempuan di usia 15-19 tahun.
6. Perempuan yang menikah dini menghadapi risiko lebih tinggi tertular HIV karena mereka menikahi pria yang lebih tua dengan pengalaman seksual yang lebih banyak.
7.Di Afrika, anak perempuan 15-19 tahun berpotensi enam kali lebih mudah tertular HIV dibanding anak laki-laki di usia yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com