Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Efeknya jika Orangtua Jarang Berkomunikasi dengan Anak?

Kompas.com - 20/03/2014, 16:42 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis



Shutterstock ilustrasi

KOMPAS.com —
Permasalahan komunikasi ternyata tidak hanya dialami oleh anak-anak yang terpisah jarak dengan orangtuanya, tetapi juga orangtua dan anak yang tinggal serumah. Padahal, minimnya komunikasi membuat hubungan orangtua dan anak kurang dekat secara psikologis.

Jika pada keluarga yang tinggal terpisah memiliki hambatan komunikasi karena tidak dekat secara fisik, maka pada keluarga modern, kehadiran gadget-gadget canggih tanpa disadari menyebabkan hilangnya komunikasi dan kehangatan keluarga.

Ketergantungan pada gadget membuat masing-masing anggota keluarga menjalani kesibukannya. Bahkan meski berada dalam satu ruangan yang sama, mereka tidak saling berkomunikasi secara mendalam.

"Banyak orang masih mengira kedekatan fisik saja sudah cukup, padahal perlu juga diciptakan komunikasi mendalam dengan pasangan dan juga anak-anak," kata psikolog Anna Surti Ariani, MSi, yang akrab disapa Nina, dalam acara yang digelar oleh Sariwangi, di Jakarta Rabu (19/3/2014).

Untuk anak berusia kurang dari 7 tahun, kedekatan fisik adalah sesuatu yang memang diperlukan. Mereka belum bisa membayangkan sosok orangtua yang tidak ada di dekatnya.

"Tapi orangtua juga perlu ngobrol dengan anak, mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan anak dengan penuh perhatian. Ini yang disebut dengan komunikasi berkualitas," kata Nina.

Kurangnya komunikasi juga pernah dialami penyanyi Widi Mulia. "Saya pernah dilapori oleh guru anak sulung saya, Dru, karena ia jadi lebih pendiam di sekolah. Ternyata setelah saya ngomong dari hati ke hati dengan Dru, ia merasa kurang diperhatikan karena saya lebih fokus pada adiknya," ujarnya.

Setelah itu, Widi mengaku selalu menyempatkan diri untuk memperdalam komunikasi dengan kedua buah hatinya. "Terkadang kita sebagai orangtua tanpa sadar terlalu over estimate anak, padahal sebenarnya mereka juga masih butuh dimanja-manja dan didengarkan," katanya.

Kurangnya komunikasi mendalam antara anak dan orangtua, menurut Nina, berdampak negatif pada perkembangan emosi anak.

"Keterampilan komunikasi anak menjadi kurang diasah sehingga anak lebih individualis. Mereka juga rentan jadi pemberontak, terutama pada anak yang bawaannya memang keras," paparnya.

Selain itu, anak yang tidak terampil berkomunikasi juga cenderung menghadapi banyak masalah saat ia dewasa. "Rumah tangga mereka rentan perceraian karena tidak biasa berkomunikasi dalam sebuah hubungan," katanya.

Obrolan mendalam antara orangtua dan anak juga bisa membantu anak mengatur emosinya. Anak yang jarang diajak ngobrol dengan orangtuanya cenderung merasa "kosong" dalam jiwanya sehingga mereka akan mencari orang lain untuk mengisi kekosongan tersebut.

"Itu sebabnya banyak fenomena anak-anak remaja yang mudah percaya pada orang asing di media sosial. Mereka sebenarnya butuh teman, butuh didengarkan. Kebutuhan itu tidak didapatkan dari orangtuanya," kata Nina.

Kedekatan secara fisik dengan anak seharusnya menjadi keistimewaan yang patut disyukuri karena orangtua bisa melihat secara langsung perkembangan anak. Dengan menerapkan komunikasi yang efektif, baik keluarga yang terpisah jarak maupun keluarga yang satu atap, bisa mencegah pengaruh negatif terhadap perkembangan anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com