Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Bangsa Indonesia Rela Batik Diproduksi Negara Lain?

Kompas.com - 02/10/2014, 14:34 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

KOMPAS.com - Saat batik sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dari leluhur Indonesia, ternyata banyak negara lain yang juga memproduksi dan menjual bebas batik di pasaran.  Sebenarnya, hal tersebut bukan isu anyar lagi. Sebab, beberapa waktu lalu ramai dibicarakan bahwa Indonesia mengimport batik dari Cina, dan pemerintah menyediakan anggaran belanja untuk batik tersebut.

Sekarang, pertanyaanya, relakah Anda sebagai warga negara Indonesia, jika warisan budaya bangsa diproduksi oleh negara lain lalu dijual bebas di pasaran? Perlu Anda ketahui bahwa dengan demikian, maka negara tersebut bakal memiliki mendapatkan tambahan devisa.  

Dalam acara pameran batik kuno dan peluncuran buku "Batik Pesisir Selatan Jawa Barat" oleh Galeries Lafayette dan Yayasan Batik Jawa Barat, di Galeris Lafayette, Pacific Place, Jakarta. Ketua Umum Yayasan Batik Jawa Barat, Sendy Dede Yusuf mengemukakan pendapatnya mengenai persoalan batik di produksi oleh negara di luar Indonesia.

"Batik itu adalah sebuah proses dan pekerjaan seni. Awalnya, dimulai dengan tuangan dari sebuah gambar pada sebuah kain, dengan lilin sebagai alat pelintang warna. Jadi, design itu sebenarnya boleh apa saja,” ujarnya.

Sendy menambahkan dengan banyaknya design atau motif pada batik, sebenarnya sangat diperlukan hak kekayaan intelektual agar benar-benar mematenkan motif batik sebagai suatu khas atau asal tertentu. Sendy juga menyarankan bagi para perajin untuk mengikuti selera pasar, dan terus berinovasi.

Lebih lanjut, Sendy memberi contoh negara tetangga, Malaysia, yang tak segan mengelola batik sesuai selera pasar, sehingga produknya bisa di jual di salah satu daerah London, Inggris. 

"Saat dinyatakan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak-benda dari Indonesia, artinya negara-negara lain juga boleh memproses dan membuat kain dengan proses batik, tetapi design atau motifnya berbeda-beda. Jadi, negara tersebut tidak dapat menyatakan bahwa batik adalah milik negara mereka." Jelasnya.  

Dengan banyaknya motif batik di Indonesia, yang memiliki ciri khas dan keunikan pada masing-masing daerah, Sendy sangat menghimbau kepada para perajin untuk membuat tanda atau sebuah signature pada tiap lembar batik yang berguna sebagai inventaris batik tersebut.

Salah satunya, menuliskan tahun berapa batik tersebut dibuat, dari daerah mana, dan kalau perlu filososfi di balik batik tersebut.  Menurut Sendy, ini bisa membuat batik lebih terjaga dan lebih dikenal sampai seluruh dunia, dan tahun-tahun kedepannya.

Motif batik sendiri di Indonesia berjumlah ribuan, dengan dikelompokan menjadi tujuh kelompok, yakni batik parang, geometri, banji, tumbuh-tumbuhan melanjar, tumbuh-tumbuhan air, bunga, dan satwa dalam kehidupannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com