Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2015, 15:22 WIB


Di Indonesia

Puspita memaparkan, L monocytogenes juga ada di Indonesia. Menurut riset Yoni Darmawan Sugiri dan tim pada publikasi ilmiah internasional Journal Food Protection, 1 Agustus 2014, bakteri itu terdeteksi pada 97,3 persen sampel karkas ayam dari pasar tradisional dan supermarket di Bandung.

Namun jumlahnya belum mencapai ambang batas yang menyebabkan penyakit. Dari riset itu, jumlah L monocytogenes pada sampel kurang dari 100 cfu/g (colony forming unit per gram), sedangkan jumlah bakteri penyebab penyakit pada orang dewasa 100 juta cfu/g.

Ratih menduga, kondisi itu karena L monocytogenes kalah bersaing dengan bakteri patogen lain di Indonesia. Bakteri itu pilih-pilih makanan karena bersifat Gram positif. ”Bakteri Gram positif, layaknya manusia, butuh zat gizi baik seperti karbohidrat dan protein,” ucapnya.

Sementara itu, bakteri Gram negatif seperti Salmonella typhimurium dan Escherichia coli tak mementingkan jenis makanan. Bakteri Gram negatif bisa makan segala macam sumber karbon, nitrogen, dan air termasuk senyawa sederhana. Maka, tak heran jika penyakit tifus akibat S thypimurium dan diare akibat E coli lebih umum di Indonesia dibandingkan listeriosis.

Ratih juga menilai L monocytogenes amat hebat. Ia bisa menghindari pembunuhan oleh sel imun, bahkan menyerang makrofag, sel darah putih pembersih tubuh dari partikel tak diinginkan atau sel mati.

Kehebatan lain, ia bersifat invasif. Bakteri itu bisa menembus dinding usus dan menyeberang masuk aliran darah. Jadi, bakteri itu bisa ikut aliran darah ke semua bagian tubuh. ”Janin dalam rahim paling rentan kena listeriosis karena L monocytogenes bisa masuk ke plasenta dan menuju janin,” kata Ratih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com