Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puisi Penuh Haru Seorang Nenek 92 Tahun tentang Penuaan

Kompas.com - 21/10/2015, 05:25 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


KOMPAS.com
— Jika tidak mustahil, rasanya banyak wanita yang ingin selalu muda dan menolak tua. Namun, proses penuaan merupakan fase alamiah yang terjadi pada setiap umat manusia.

Demi menghindari penuaan, tak ayal banyak wanita melakukan tindakan preventif untuk mencegah penampilan terlihat tua. Biasanya, mereka mengaplikasikan rangkaian produk kecantikan yang memang mengandung formula antipenuaan.

Namun, seorang nenek berusia 92 tahun, Wanda B Goines, justru menikmati proses penuaan diri. Penuh percaya diri, dia pun menyuarakan pendapatnya mengenai penuaan dalam sebuah puisi yang mengharukan.

Goines menulis, seberapa besar perubahan penampilannya seiring berjalan waktu. Namun, dia sama sekali tidak menyesali satu pun kerutan atau keriput yang ada pada kulitnya setiap kali berkaca pada cermin.

Sebaliknya, Goines menganggap bahwa keriput adalah lipatan layaknya kertas kado dan kecantikan sebenarnya ada di dalam diri.

Goines membacakan puisi yang ditulisnya sendiri kepada sang pengasuh, Kathryn Clausnitzer Wilson.

Video yang memperlihatkan Goines membaca puisi tersebut kemudian diunggah oleh Wilson ke akun Facebook.

"Ini adalah wanita luar biasa dan saya merasa sangat terhormat karena dapat merawatnya. Dia menulis puisi yang berjudul Kertas Kado & Permata. Semoga Anda semua diberkati," tulis Wilson dalam keterangan video.

Puisi karya Goines tidak hanya mengharukan, tetapi juga mengandung pesan-pesan yang kuat. Sejauh ini, video tersebut telah tersebar sebanyak lebih dari 200.000 kali.

Berikut untaian puisi karya Goines tersebut, setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

“Aku memandangi cermin dan melihat apa yang kulihat, seorang wanita tua yang mengintipku balik. Dia punya kantong mata, kulit mengendur, keriput, dan uban, lalu aku bertanya pada bayanganku, bagaimana kau bisa di situ? Kau dulu pernah kuat dan luar biasa, kini kau lemah. Aku bersusah payah menjagamu agar tak jadi benda antik.

Kedua mata bayanganku mengedip lalu dia menjawab, Kau sedang memandangi kertas kado dan bukan permata yang ada di dalamnya. Permata hidup yang begitu berharga, unik, dan jujur pada dirimu, satu-satunya di dunia.

Tahun demi tahun, waktu memanjakan kertas kado ini dengan hal lain yang lebih kejam sehingga membuat permata harus dimurnikan, dikuatkan, dan dipoles kembali.

Jadi, pusatkan perhatian pada apa yang ada di dalam dan bukan di luar.

Jadilah lebih baik, ramah, bahagia, dan penuh keyakinan. Kemudian, ketika kertas kadomu terkoyak, permatamu akan bebas, untuk mengilaukan kebesaran Tuhan dan menembus keabadian.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com