Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/11/2015, 17:15 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pranic healing atau penyembuhan prana (energi) mungkin masih asing terdengar di telinga Anda. Metode Pranic healing ini dapat digunakan untuk menyembuhkan diri sendiri ataupun orang lain dari penyakit fisik, emosi, dan psikologi.

Seorang pranic healer atau penyembuh yang juga instruktur Pranic Healing Indonesia, Niken Retno Rahayu, mengungkapkan, tubuh manusia terdiri atas tiga komponen, yaitu fisik, energi, dan jiwa.

Hal ini telah dibuktikan oleh ilmuwan asal Rusia, dr Semyon Kirlian, yang menemukan adanya pancaran energi di sekeliling tubuh manusia menggunakan alat Kirlianfotografie. Dalam penelitiannya, sebelum seseorang mengalami sakit fisik, tubuh energi sebenarnya sudah sakit terlebih dahulu.

"Pranic healing, berdasarkan ilmiah, bukan mistis. Ketika tubuh energi diperbaiki, tubuh fisik pun mengikuti jadi lebih baik," kata Niken saat ditemui di Namase Festival, Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (20/11/2015).

Sebuah alat bernama gas discharge visualization (GDV) pun diciptakan untuk bisa melihat energi di sekeliling tubuh manusia secara nyata. Kamera GDV akan menangkap arus listrik ketika scan dilakukan menggunakan ujung jari.

Kamera GDV kemudian akan mentransfer hasilnya pada perangkat lunak online. Setelah itu, seseorang bisa melihat gambaran energi tubuhnya dari sebuah layar.

"Kalau orang yang sehat, terlihat, pancaran energi di sekitar tubuhnya itu tidak bolong-bolong," ujar instruktur Pranic Healing Indonesia lainnya, Jovita Hardoyo.

Normalnya, pada orang yang sehat, pancaran energi dari tubuh mencapai 12 cm di seluruh tubuh. Pancaran energi ini juga sering kali dikenal berdasarkan aura dengan warna yang berbeda-beda setiap orang.

Orang yang tubuhnya sehat akan memancarkan aura yang lebih cerah dibanding yang kurang sehat.

Cara penyembuhan

Niken menjelaskan, pranic healing bisa digunakan untuk menyembuhkan tubuh energi terhadap berbagai penyakit, mulai dari ringan hingga berat. Seorang healer akan memperbaiki energi tubuh menggunakan sumber energi yang ada, misalnya dari alam.

Seperti halnya tubuh fisik yang terbagi atas kepala otak, jantung, sistem pencernaan, dan sebagainya, dalam tubuh energi pun terdapat bagian-bagian atau dikenal dengan cakra.

"Jadi, energinya diratakan, diseimbangkan satu sama lain, dirawat. Ketika berfungsi dengan baik, dia akan memengaruhi semua tubuh. Tanpa sentuhan, tanpa obat, tetapi dirasakan," kata Niken.

Perbaikan energi bisa menggunakan tangan kosong dan juga bantuan kristal guna mempercepat penyembuhan.

Niken menegaskan, pranic healing bukan pengobatan alternatif, melainkan jenis penyembuhan tambahan untuk melengkapi pengobatan secara medis.

Sebelum menjalani pranic healing, seseorang sebaiknya membawa diagnosis penyakit secara medis dari dokter.

"Pranic healing sifatnya melengkapi medis. Kalau dokter medis bekerja menyembuhkan fisiknya, kami bekerja di tubuh energi," kata Niken.

Ia mencontohkan, ketika seseorang didiagnosis kanker, pranic healing bukan bekerja menghilangkan sel kanker, melainkan penyembuhan tambahan setelah medis untuk mengurangi rasa sakit atau penderitaan pasien.

Niken mengatakan, selain penyakit fisik, seperti pusing, sakit perut, hingga penyakit berat, pranic healing juga bisa digunakan untuk mengatasi kecanduan narkoba, rokok, fobia, bahkan hubungan yang tidak harmonis di antara suami dan istri.

Saat menjalani penyembuhan energi, pasien cukup dengan posisi duduk ataupun tidur. Tak akan ada rasa sakit saat menjalani penyembuhan ini.

Niken menambahkan, pranic healing bisa dipelajari oleh siapa saja. Di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, terdapat sekolah resmi untuk pranic healing dengan berbagai tingkatan. Mulanya, semua akan diajarkan cara untuk menyembuhkan diri terlebih dahulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com