Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/11/2015, 18:00 WIB
KOMPAS.com – Jika bicara penyakit mematikan biasanya kita akan merujuk pada penyakit kanker, jantung, atau HIV/AIDS. Tetapi sebenarnya penyakit itu adalah jenis penyakit kronik yang berkembang lambat selama bertahun-tahun.

Sementara itu ada penyakit lain yang sering dianggap sepele tapi bisa berakibat fatal dalam waktu tak lebih dari 24 jam. Penyakit tersebut kebanyakan adalah penyakit infeksi yang cepat menyebar, pengobatannya belum diketahui dan vaksinnya hanya sedikit.

Berikut adalah 10 penyakit mematikan di dunia.

1. Necrotising fasciitis
Sering disebut juga sebagai bakteri “yang memakan daging”, necrotizing fasciitis dapat dengan cepat menyebar ke dalam tubuh dan membunuh jaringan lunak tubuh.

Ini adalah infeksi bakteri kulit yang sangat serius yang dapat membunuh penderita dalam waktu singkat. Tapi, meskipun mematikan, penyakit ini jarang ditemukan.

Penyakit ini disebabkan oleh lebih dari satu jenis bakteri, dengan A Streptococcus (kelompok A streptokokus). Infeksinya sangat serius dan bisa menyebabkan kehilangan anggota tubuh atau kematian.

2. Penyakit meningitis
Penyakit meningokukos juga dikenal sebagai meningitis cerebrospinal adalah penyakit bakteri menular yang disebabkan oleh meningokokus (Neisseria meningitides). Penyakit ini menyebar melalui kontak lewat pernapasan dengan orang yang terinfeksi.

Penyakit ini bisa diderita bayi, remaja, dan dewasa muda. Gejalanya antara lain mendadak demam tinggi dengan muntah, sakit kepala hebat, nyeri pada persendian atau otot, tangan dan kaki dingin, kulit pucat, dan kelelahan.

3. Penyakit chagas
Penyakit Chagas disebabkan oleh parasite protozoa, Trypanosoma cruzi (T. cruzi). Parasit ini biasanya ditemukan di Amerika Latin, dan ditularkan ke manusia melalui kotoran serangga triatomine yang dikenal sebagai “serangga berciuman”.

WHO memperkirakan sekitar 6-7 juta orang di seluruh dunia terinfeksi. Meskipun berpotensi mematikan, penyakit ini dapat disembuhkan jika pengobatan dilakukan sesegera mungkin setelah terinfeksi.

Kurang dari setengah mereka yang digigit “serangga berciuman” ini, memiliki tanda berupa lesi kulit atau kelopak mata yang membengkak dan berwarna ungu, disertai dengan demam, sakit kepala, kelenjar getah bening membesar, nyeri otot, kesulitan bernapas, pembengkakan dan penggelembungan atau nyeri dada.

4. Penyakit stroke
Stroke disebabkan adanya gangguan suplai darah ke otak, biasanya karena pembuluh darah pecah atau diblokir oleh gumpalan darah yang memotong pasokan oksigen dan nutrisi ke otak, yang menyebabkan kerusakan pada jaringannya.

Kabar baiknya, 80 persen serangan jantung dan stroke kini dapat dicegah. Diet sehat, aktivitas fisik secara teratur, dan tidak mengonsumsi produk tembakau adalah kuncinya.
Memeriksa dan mengendalikan faktor resiko penyakit jantung dan stroke seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan gula darah tinggi atau diabetes juga sangat penting.

Gejala stroke paling umum adalah kelemahan mendadak atau mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, dan paling sering memengaruhi satu bagian sisi tubuh saja.

5. MRSA
MRSA yang merupakan singkatan dari methicillin resistan staphylococcus aureus, adalah bakteri yang kebal antibiotik

Di masyarakat, banyak orang membawa bakteri ini, dan kebanyakan infeksi MRSA menyerang kulit. Namun di rumah sakit dan fasilitas medis, MRSA menyebabka infeksi darah yang mengancam jiwa, pneumonia dan infeksi di lokasi bedah.

Gejala MRSA di masyarakat adalah munculnya benjolan pada kulit, merah, bengkak, nyeri, dan hangat ketika di sentuh, penuh nanah dan sering disertai demam.

Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi MRSA adalah dengan uji laboratorium.

6. Kolera
Kolera adalah infeksi usus akut yang disebabkan oleh makanan atau air yang terkontaminasi bakteri vibrio cholera.

Penyakit ini sangat mematikan dan dapat membunuh dalam hitungan jam. Masa inkubasi singkat, mulai kurang dari satu sampai lima hari.

Mereka yang diserang oleh infeksi ini mengalami diare berair yang dengan cepat mengakibatkan dehidrasi parah dan kematian jika pengobatan tak dilakukan dengan cepat. Sekitar 80 persen kasus dapat diobati dengan sukses dengan mengonsumsi oralit.

7. Enterovirus D68
Setiap tahun, jutaan anak-anak terkena enterovirus yang dapat menyebabkan batuk, bersin, dan demam. Pada tahun 2014, enterovirus yang paling sering menginfeksi anak-anak adalah EV-D68, menurut CDC.

Bayi, anak-anak, dan remaja memiliki resiko lebih besar terkena enterovirus.  Mereka yang memiliki asma beresiko lebih besar terkenaEV-D68.

Virus ini menyebar melalui air liur penderita, dan sekresi pernapasan lainnya ketika seseorang batuk atau bersin. Permukaan isi rumah juga bisa menjadi pemicu.

Gejala dapat bervariasi, dari yang ringan, termasuk demam, pilek, bersin, batuk dan nyeri otot parah. Dalam kasus yang lebih serius bisa menyebabkan mengi dan kesulitan bernapas parah, yang akhirnya menyebabkan kematian.

8. Wabah pes
Dikenal dengan nama “Maut Hitam”, selama abad keempat belas wabah pes telah menyebabkan sekitar 50 juta kasus kematian.

Pes disebabkan oleh gigitan kutu yang terinfeksi dari hewan kecil seperti tikus.  Orang yang terinfeksi wabah ini sering mengeluh seperti terkena gejala flu pada tahap awal penyakit ini.

Biasanya, tiba-tiba mengalami demam diikuti menggigil, sakit kepala dan badan, dan kelemahan, muntah dan mual. Membiarkan wabah tersebut tidak terobati bisa berakibat fatal, diagnosis dan pengobatan dini sangat penting. Antibiotik dan terapi yang mendukung bisa membantu mengobati penderita.

9. Ebola
Di seluruh dunia, 11.314 orang telah kehilangan nyawa mereka karena Ebola, dengan 26.635 kasus tambahan. Mayoritas penyakit ini terjadi di negara-negara Afrika Barat.

Ebola adalah penyakit yang sering berakibat fatal, dengan rasio kematian hingga 90 persen. Penyakit ini memegaruhi manusia serta primata, termasuk monyet, gorilla dan simpanse. Ebola ditularkan melalui kontak dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lain dari hewan yang terinfeksi.

Sekali seseorang terinfeksi, virus dapat menyebar melalui kontak dengan darah penderita, urin, saliva, tinja dan air mani. Seseorang juga bisa terinfeksi jika kulit luka bersentuhan dengan pakaian kotor korban, sprei atau jarum yang digunakan.

Pria yang telah sembuh dari penyakit tersebut masih dapat menyebarkan virus ke pasangan mereka melalui air man mereka selama tujuh minggu setelah pemulihan.

Gejala penyakitnya termasuk demam mendadak, kelemahan intens, nyeri otot, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Yang diikuti muntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal dan hati dan pendarahan internal dan eksternal.

10. Demam berdarah
Demam berdarah adalah penyakit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Gejalanya adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri hebat di belakang mata, nyeri sendi, nyeri otot dan tulang, ruam dan pendarahan ringan dari hidung atau gusi.

Demam berdarah dengue ditandai dengan demam, yang berlangsung dari dua sampai tujuh hari. Ini adalah gejala paling jelas dari demam berdarah. Setelah demam mereda, penderita akan mengalami muntah terus menerus, sakit perut yang parah dan bisa membuatnya kesulitan bernapas.

Tahap ini menandai awal dari sebuah periode 24 hingga 48 jam ketika pembuluh darah terkecil, kapiler, menjadi “bocor” dan memungkinkan komponen cairan bergerak dari pembuluh darah ke dalam lapisan rongga perut.

Hal ini, pada akhirnya, dapat memicu kegagalan sistem peredaran darah, shock dan akhirnya kematian, jika dokter tidak dapat mengembalikan kerusakan dari sistem peredaran darah.

Tidak ada obat khusus untuk mengobati demam berdarah. Namun jika didiagnosis dini terapi penggantian cairan terbukti efektif. (Gibran Linggau)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Dailymail
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com