Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro Kontra Koleksi Baju Renang Tertutup Koleksi Marks and Spencer

Kompas.com - 04/04/2016, 17:06 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

KOMPAS.com -- Retail busana Marks and Spencer (M&S) baru saja meluncurkan koleksi baju renang dengan model tertutup yang dapat dikenakan oleh semua wanita, termasuk wanita muslim berhijab.

Baju renang dengan nama Burkini tersebut memiliki model celana panjang dan gaun selutut yang agak longgar, lengkap dengan penutup kepala yang menutup hingga ke bagian leher.

Burkini lantas menuai perdebatan di negara barat karena dianggap mengekang kebebasan wanita. Salah seorang yang paling vokal menolak burkini adalah Pierre Berge, co-founders rumah mode Yves Saint Laurent.

"Aku merasa tersinggung. Pembuat busana harusnya tak melakukan apapun dengan fashion Islam. Designer harusnya membuat wanita lebih cantik, memberi mereka kebebasan, bukan berkolaborasi dengan sikap diktator yang mana merupakan hal keji dengan menyembunyikan wanita dan membuat mereka menjalani hidup yang tersembunyi," ungkap Berge frontal.

Namun, banyak yang menuding jika pernyataan Berge tersebut adalah pernyataan munafik.

Sebab, YSL beberapa waktu lalu meluncurkan koleksi Moroccan (Maroko) yang merupakan negara muslim di daerah Afrika Utara.

Koleksi tersebut YSL mengklaim bahwa busanayanya disesuaikan kebudayaan dan batas-batas kesopanan Maroko.

Selain Berge, adapula yang menyayangkan keputusan Marks and Spencer meluncurkan Burkini, yakni penulis Muslim, Yasmin Alibhai-Brown

Yasmin mengatakan bahwa M&S meski tak bermaksud, pada akhirnya menyebar kefanatikan.

Namun, banyak pula yang mendukung peluncuran Burkini.

Salah satunya, penulis bernama Muslim Remona Aly. 

"Aku sungguh tak dapat menerima pelemahan bagi para wanita muslim lagi. Satu-satunya orang yang memiliki kuasa atas tubuh wanita adalah wanita itu sendiri. Jika aku ingin membeli Burkini dari M&S, aku akan sunguh membelinya. Jika orang lain mau beli juga itu tersedia di toko. Berge bicara akan kebebasan. Namun, mengambil kebebasan untuk memilih adalah permulaan dari perbudakan. Itulah ironi yang hilang daripadanya," terang Aly.

Penulis muslim lainnya, Nabila Ramdani menulis untuk Telegraph mengutarakan, orang-orang lupa jika selain wanita muslim ada pula kelompok lainnya yang ingin tetap berbusana sopan, meski sedang berenang.

Kaum Yahudi Orthodocx, biarawati Katolik, dan sebagian wanita di dunia, merupakan pihak-pihak yang ingin melindungi tubuh mereka dari eksploitasi.

Banyak juga yang bingung apakah memutuskan untuk mendukung burkini atau tidak, yang pasti berenang adalah hak semua orang, terlepas dari pilihan busana yang dikenakan saat berenang.

Wanita muslim juga berhak berenang dengan merasa nyaman tanpa perlu menyalahi aturan agama yang dijalaninya dengan sukarela. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com