Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Gejala Cedera Kepala saat Anak Jatuh Terbentur

Kompas.com - 17/04/2016, 15:17 WIB

KOMPAS.com - Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jatuh adalah penyebab utama cedera pada anak semua usia yang tidak fatal akibatnya, dan menjadi penyebab nomor satu cedera kepala pada anak di bawah 9 tahun. Umumnya, cedera kepala pada anak juga terjadi berulangkali pada anak-anak di bawah 4 tahun.

Cedera kepala pada anak memang akan sering terjadi, karena mereka banyak bergerak. Mereka berlari, berguling, memanjat, bergelantungan, dan kemudian kehilangan keseimbangan. Tak jarang, saat jatuh kepala anak terbentur lantai sehingga benjol atau bercucuran darah.

Jika setelah kepala anak terbentur lantai ternyata ia hanya menangis sebentar, masih mau makan, dan kemudian ceria lagi, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Kalau anak tertidur, ada kemungkinan ia hanya merasa lelah. Luka pada kepala juga tidak selalu menandakan masalah yang serius.

Menurut Avinash Mohan, MD, kepala bedah saraf anak di Maria Fareri Children's Hospital di Westchester Medical Center, Valhalla, New York, ada banyak pembuluh darah di wajah dan kulit kepala, sehingga luka di kepala sering mengeluarkan banyak darah.

Meskipun peristiwa jatuhnya anak merupakan hal yang biasa, begitu kepala anak terbentur lantai, ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai sampai beberapa minggu kemudian:

* Bicara meracau
* Lesu, lemas
* Pusing
* Pandangan kabur
* Sulit membaui atau merasa
* Kehilangan keseimbangan atau sulit berjalan
* Mual dan muntah
* Pupil mata membesar, atau ukurannya tidak sama antara kanan dan kiri
* Hilang kesadaran

Umumnya ketika kepala anak terbentur lantai, ia akan menangis keras, karena terkejut dan kesakitan. Maka perlu diwaspadai jika ia tidak menangis, tapi kemudian terlihat lemas dan tidak banyak bicara. Tanyalah apakah ia merasa mual, sulit membaui atau merasa, atau telinganya berdenging.

Pada bayi yang belum bisa berbicara dan berjalan, tanda bahaya jika kepala anak terbentur lantai antara lain:
* Ada benjolan pada ubun-ubun (bagian lunak pada tengkorak kepalanya)
* Muntah
* Lemas
* Tidak mau makan
* Menangis dengan suara melengking

Cedera kepala pada anak bahkan dapat meninggalkan lekukan atau penyok pada tengkorak kepalanya. Segera bawa ke dokter jika anak menunjukkan tanda-tanda di atas, atau anak kehilangan kesadaran, demikian saran Dr. Mohan. Karena, hal itu menunjukkan ada masalah yang lebih serius akibat kepala anak terbentur lantai.

Mengapa Anda harus terus mengawasinya selama beberapa hari hingga dua minggu ke depan, karena gejala-gejala tersebut kadang-kadang tidak langsung terlihat atau dirasakan. Jika anak tertidur, memang agak sulit menentukan apakah dia tidur atau kehilangan kesadaran.

Anatoly Belilovsky, MD, dokter anak di Brooklyn, New York, mengatakan, kehilangan kesadaran menunjukkan bahwa anak mengalami gegar otak, sehingga gejala inilah yang pertama kali ditanyakan oleh dokter ketika kepala anak terbentur lantai.

"Itu tipe cedera kepala paling umum yang kami lihat pada anak-anak," katanya.

Bahkan gegar otak yang paling ringan pun bisa menyebabkan kelelahan dan pusing berulang-ulang, yang bisa terjadi berhari-hari setelah kepala anak terbentur lantai.

Gegar otak yang lebih serius akan menyebabkan anak mengalami kesulitan tidur dan masalah perilaku. Hal itu bisa memengaruhi kemampuannya berkonsentrasi di sekolah.

Jadi, setelah bertanya apakah cedera akibat kepala anak terbentur lantai membuat anak linglung atau hilang kesadaran, dokter akan melakukan pemeriksaan saraf yang mendasar untuk mengecek penglihatan, pendengaran, refleks, dan keseimbangannya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com