Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Perempuan Lebih dari Tugas Reproduksi dan Domestik

Kompas.com - 28/04/2016, 10:35 WIB
Kontributor Lifestyle, Usihana

Penulis

KOMPAS.com – Penelitian terbaru menemukan cara untuk mengurangi pernikahan usia anak dalam skala yang lebih besar.

Studi yang dihelat oleh Population Council di Bangladesh, BALIKA Project, mengungkapkan bahwa menyediakan edukasi dan pelatihan mengenai hak-hak wanita, mujarab dalam menurunkan tingkat pernikahan anak.

“Kuncinya ada pada menyuarakan apa yang mereka (anak-anak perempuan) inginkan,” jelas Sajeda Amin, Senior Associate di Population Council kepada Huffington Post.

“Memperlihatkan nilai-nilai kehidupan dan nilai seorang wanita kepada anak perempuan, ternyata ampuh menciptakan perbedaan. Kami memperlihatkan pada mereka apa yang bisa mereka lakukan diluar reproduksi dan kehidupan domestik. Wanita adalah aset, bukan liabilities,” urainya.

Menurut Unicef, tingkat pernikahan usia anak-anak di Bangladesh sangat tinggi, lebih kurang dua dari tiga anak perempuan menikah sebelum mencapai usia 18 tahun.

Menikah di usia anak-anak menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan aspek kehidupan wanita lainnya.

Umumnya, anak-anak perempuan yang menikah langsung meninggalkan bangku sekolah. Selain itu, mereka juga acap kali menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.

Sebenarnya, Bangladesh memiliki hukum yang mengatur bahwa usia pernikahan adalah 18 tahun. Kenyataannya, praktek pernikahan usia anak-anak terus meningkat terutama di area perkampungan.

Studi yang dilakukan oleh Amin menerapkan tiga pendekatan yang berbeda untuk menunda pernikahan pada anak-anak perempuan.

Pertama, menyediakan edukasi. Kedua, melatih keterampilan, termasuk sosialisasi hak kesetaraan jender dan mengambil keputusan. Ketiga, melatih mereka untuk bekerja dan menghasilkan uang.

Tiga intervensi ini bertujuan untuk memberikan status sosial yang lebih baik pada anak-anak perempuan dengan materi yang mereka butuhkan dalam meraih sukses di waktu mendatang.

Hasil dari intervensi tersebut berhasil mengubah pandangan anak-anak perempuan dalam kehidupan mereka.

Berikut hasil studi yang dipaparkan oleh Amin:

  1. Anak-anak perempuan yang menerima dukungan edukasi dalam mata pelajaran matematikan, bahasa Inggris, keuangan, dan belajar komputer, sebanyak 31 persen mengaku, tak lagi tertarik menikah di usia sekolah.
  2. Anak-anak perempuan yang mendapatkan pelatihan kemampuan memahami hak-hak asasi manusia, negosiasi, berpikir kritis, dan mengambil keputusan, lebih kurang 31 persen mengaku, menolak menikah di usia sekolah.
  3. Anak-anak perempuan yang memperoleh dukungan untuk berwirausaha, pelatihan komputer, mengoperasikan ponsel, fotografi, dan dasar pertolongan pertama, sebanyak 23 persen mengaku, tidak mau menikah di usia anak-anak.


“Aku belajar banyak dari BALIKA bahwa aku bisa bilang ‘Tidak’ pada perjodohan,” tegas salah satu partisipan.

“Jika ada yang melamar dan aku masih terlalu muda untuk menikah, aku bisa mengekspresikan opiniku untuk memberikan pengertian pada orangtuaku,” pungkas partisipan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com