Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/12/2016, 19:07 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Peribahasa “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” benar-benar bisa diterapkan pada Kadek Prana Gita.

Bagaimana tidak? Putra Putu Evie Suyadnyani dan Vaughan Hatch, ini sudah bisa memainkan musik tradisional Bali di usia enam tahun.

Lalu, berkat talentanya ini, dia terpilih menjadi salah satu peserta perjalanan edukasi Nutrilon Royal One Step Ahead Camp Asia di Singapura oleh Nutrilon Royal.

Ditemui di Stamford American International School, Singapura, Selasa (20/12/2016), Kompas.com menggali lebih dalam mengenai latar belakang Prana dan keluarga yang selangkah lebih maju ini (one step ahead family).

Evie sendiri memang seorang seniman tari dan suaminya yang berasal dari Selandia Baru adalah seorang seniman gamelan. Mereka berdua memiliki pusat dokumentasi dan rekonstrusi kesenian klasik di Denpasar yang dinamakan Mekar Bhuana.

Putu Evie Suyadnyani dan Vaughan Hatch.

Walaupun demikian, orangtua Prana tidak pernah memaksa kedua putranya untuk bermain musik. Mereka membiarkan Prana dan kakaknya, Gede Semara Richard, untuk belajar sendiri dengan membiarkan mereka tumbuh di antara gamelan-gamelan kuno.

Kini, Semara sudah menjadi seorang seniman dan merupakan komposer muda yang memulai karirnya di usia enam tahun, dan Prana juga tidak mau ketinggalan.

Ketika ditanya mengenai rahasia dari kesuksesan ini, Evie menjawab, mungkin karena dari dalam kandungan, (mereka) sudah mendengar dan belajar musik, selain saya sendiri sebagai ibu juga belajar. Itu memberi koneksi kepada anak.

Dia lalu bercerita bahwa bakat Prana sudah mulai terlihat di usia dua tahun ketika dia memukul-mukul instrumen musik.

“Namun, di usia tiga tahun, Prana tiba-tiba merasa sedikit lebih malu. Jadi, kita sebagai orangtua mencari tahu apa alasannya,” kata Evie.

Kadek Prana Gita mengikuti Ngayah dan bermain untuk upacara keagamaan.

Ternyata, Prana mempunyai masalah sembelit karena ketidakcocokan dengan produk susu sapi yang membuatnya merasa tidak nyaman dan minder.

Hal ini membuat putra Evie merasa malu dan bermain musik sembunyi-sembunyi hingga usia empat tahun, ketika dia akhirnya memberanikan diri untuk menunjukkan talentanya bermain musik di depan orangtuanya.

“Nah, waktu itu memang sudah terbentuk grup keluarga dan kebetulan kami diundang ke International Percussion Festival di Korea Selatan karena Semara telah menciptakan empat komposisi. Kami pun mengajak Prana ke sana tanpa ada niatan untuk membuatnya ikut tampil,” cerita Evie.

Namun, siapa sangka bahwa di hari yang penting tersebut, Vaughan jatuh sakit karena demam berdarah. Melihat hal itu, Prana pun menawarkan dirinya untuk menggantikan Vaughan tampil di festival tersebut.

"Saya terkejut sekaligus bangga melihat dia menggantikan bapaknya bermain gamelan selonding,” ucap Evie.

Kadek Prana Gita di kelas sepakbola Camp Asia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com