KOMPAS.com – Pemakaian produk pemutih kulit sudah sangat lazim di kalangan wanita Asia, terutama Indonesia, yang kebanyakan terlahir dengan warna kulit sawo matang.
Pemikiran konyol yang sering menjadi jargon iklan, yaitu putih itu cantik, seolah menghipnotis banyak wanita yang akhirnya berlomba-lomba membut kulit mereka lebih putih.
Sekarang, tren pemutihan kulit sudah lintas jender. Kini, banyak pria Asia yang juga terobsesi memiliki kulit putih.
Preferensi mempunyai kulit putih sudah lama menjadi ambisi banyak orang Asia sedari zaman dahulu.
Seorang penulis Nina Jablonski dalam bukunya Living Color pernah menuangkan hasil riset dan penelitiannya mengenai kulit putih dambaan pada lingkungan sosial di Asia.
“Kulit putih menjadi simbol status dan kekayaan. Sebab, kulit hitam atau coklat identik dengan seorang pekerja kasar,” tulis Jablonski.
Pemikiran mengenai putih itu cantik atau tampan telah diturunkan dari generasi ke generasi di Asia. Alhasil, terjadilah penilaian karakter yang bias.
Kondisi ini pun semakin menguntungkan penjualan produk pemutih kulit.
Kenyataannya pada sebuah studi tahun 2015 popularitas pemakaian produk pemutih kulit terus meningkat di kalangan pria Asia dengan latarbelakang kelas menengah dan menengah atas.
Studi juga menyebutkan bahwa 65 persen mahasiswa di Thailan menggunakan pemutih kulit. Sementara itu, peningkatan penjualan produk pemutih kulit mencapai 25,4 persen di Filipina.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.