Karyawan Milenial Sangat Butuh Pengakuan di Dunia Kerja

KOMPAS.com — Merintis dan membangun bisnis bukanlah pekerjaan mudah. Sebaliknya, wirausaha merupakan pekerjaan yang sangat berat, membutuhkan komitmen tinggi, dan kreativitas.

Selain itu, hal utama yang sering menghambat pengembangan bisnis adalah kinerja karyawan, terutama karyawan yang berusia muda dan termasuk dalam generasi milenial.

Generasi milenial (kelahiran tahun 1980 hingga pertengahan '90-an) merupakan kelompok karyawan dengan tingkat loyalitas kerja yang rendah ketimbang pendahulunya.

Sebuah survei yang dilakukan perusahaan konsultan karier dan bisnis, Gallup, menemukan bahwa karyawan milenial paling sering keluar masuk perusahaan.

Rasa bosan, jenuh, dan kurang apresiasi menjadi alasan karyawan milenial memilih berhenti kerja.

Namun, Anda tak perlu khawatir? Bisnis Anda bisa terus berjalan dan semakin berkembang selama Anda tahu bagaimana cara menjaga karyawan muda yang potensial di kantor Anda.

Berdasarkan laporan Aon Hewitt, perusahaan penyalur karyawan profesional dan konsultasi bisnis, 53 persen karyawan milenial menghargai atasan yang selalu mengucapkan terima kasih kepada mereka.

Kemudian, 42 persen karyawan milenial juga mengharapkan perusahaan menyadari pencapaian kinerja melalui apresiasi atau pernyataan resmi.

Nah, pernyataan itu pun tidak sekadar disampaikan sesekali.

Sebab, berdasarkan studi PwC, 41 persen karyawan milenial menginginkan pernyataan kepuasan kerja dari atasan setidaknya satu bulan sekali.

Sementara itu, 30 persen karyawan yang bukan generasi milenial membutuhkan pernyataan serupa.

Mayoritas karyawan non-milenial lebih membutuhkan kenyamanan dan kompensasi yang adil dari perusahaan.

Tingginya kebutuhan diakui dan dipuji ini, menurut studi, berkaitan dengan tren media sosial yang terus berkembang hingga sekarang.

Respons yang didapatkan dari likes dan komentar positif sudah menjadi kebutuhan sosial para generasi muda.

Alhasil, para karyawan muda ini juga menginginkan perlakuan yang sama di dunia kerja.