BrandzView
Halaman ini merupakan kerja sama antara Prodia dan Kompas.com

Belajar dari Kisah Jupe, Deteksi Dini Itu Penting!

Kompas.com - 29/03/2017, 06:13 WIB
Cahyu Cantika Amiranti

Penulis


KOMPAS.com – Hampir setahun belakangan ini penyanyi dangdut dan pembawa acara Julia Perez alias Jupe mulai jarang terlihat di layar kaca. Mengapa? Usut punya usut, Jupe sedang menjalani perawatan kanker serviks stadium IV.

Padahal, pada akhir 2014 Jupe telah dinyatakan sembuh dari penyakit tersebut/ Terlebih lagi setelah menjalani perawatan di Singapura. Namun, sejak Februari dia kembali dirawat di sebuah rumah sakit di Jakarta. Waktu itu, Jupe dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena menggigil dan juga pembengkakan di kaki.

“Hari Minggu lagi ada acara ulang tahun ponakan, (saya) mulai menggigil (lagi). Akhirnya saya balik (lagi) ke rumah sakit,” ujar Jupe, seperti dikutip Kompas.com, Rabu (15/2/2017).

Selain Jupe, ternyata banyak wanita Indonesia lainnya yang mengalami penyakit serupa. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2013 menunjukkan terdapat 98.692 penderita kanker serviks. Bahkan, menurut dokter dari Laboratorium Klinik Prodia, Diah Syarifah, penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian wanita di Indonesia.

Diah mengatakan, kanker serviks merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Wanita yang rentan terkena virus ini adalah individu yang telah aktif secara seksual.

“Wanita yang melakukan hubungan seksual pertama di usia muda (14 -16 tahun) mudah terinfeksi HPV karena kondisi leher rahimnya belum berkembang sempurna dan masih mengalami perubahan hormon yang besar," ujar Diah kepada Kompas.com pada Rabu (16/11/2016).

Di luar kriteria yang disebutkannya tadi, Diah juga menerangkan bahwa wanita yang mempunyai pasangan seks banyak dan merokok juga berisiko tinggi.

Selain kanker serviks, wanita Indonesia juga rentan terhadap kanker payudara. Prevalensi penderitanya menurut Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2013 mencapai 61.682 orang.

Jumlah penderita semakin banyak karena kanker payudara sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas. Akibatnya, pasien pun tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap kanker.

Thinkstockphotos Ilustrasi

“Terkadang ada benjolan, tetapi tidak terasa sakit dan nyeri. Pasien pun tidak merasakan gangguan berarti. Itu yang sering membuat penanganan jadi terlambat,” kata ahli bedah kanker, Walta Gautama, seperti dikutip Kompas.com, Selasa (16/6/2015).

Karena itu, penyebab kanker payudara pun sebaiknya diketahui oleh para wanita agar dapat melakukan pencegahan. Menurut The American Cancer Society, gaya hidup kurang sehat seperti sering mengonsumsi alkohol memiliki kaitan erat dengan perkembangan penyakit itu.

Wanita dengan kebiasaan meminum dua hingga lima gelas alkohol per hari bisa memiliki risiko terkena kanker payudara 1,5 kali lebih besar dibandingkan perempuan yang tidak. Lebih lanjut, faktor pemicu lainnya menurut asosiasi tersebut adalah obesitas dan melahirkan anak pertama pada usia 30 tahun.

Penyakit berbahaya lain

Selain kedua jenis kanker di atas, ada dua penyakit lain yang juga kerap “mengancam” para wanita, yaitu komplikasi kehamilan dan melahirkan serta masalah kesehatan reproduksi.

Menurut World Health Organizations (WHO), jenis komplikas yang paling sering terjadi adalah pendarahan hebat dan infeksi setelah melahirkan. Di sisi lain, tekanan darah tinggi saat mengandung juga kerap terjadi.

Bahayanya, komplikasi kehamilan dan melahirkan tak jarang mengakibatkan kematian pada sang ibu. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2013 menunjukkan angka kematian ibu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Salah satu penyebab munculnya masalah kesehatan ini adalah masih rendahnya mutu pelayanan bagi ibu hamil, terutama di negara berkembang. Pada 2015, hanya 40 persen wanita hamil yang dapat melakukan pemeriksaan kehamilan.

“Peningkatan pelayanan kesehatan kehamilan dan melahirkan belum merata. Pada 2013, hampir 300.000 wanita di dunia meninggal akibat komplikasi kehamilan dan melahirkan,” ujar Asisten Direktur WHO, Flavia Bustero, di situs web who.int, Minggu (8/3/2015).

Sementara itu, jumlah penderita masalah kesehatan reproduksi, khususnya Human Immunodeficiency Virus (HIV)/AIDS juga tak kalah banyaknya. Data UNAIDS 2015 memaparkan, setidaknya 17,8 juta wanita di dunia mengidap HIV. Dari data itu, 250.000 orang di antaranya adalah wanita Indonesia.

thinkstock/vchal Ilustrasi HIV/AIDS

Sama seperti kanker serviks, Kepala Bidang Monitoring dan Evaluasi Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, John Alubwaman, mengatakan penularan HIV umumnya disebabkan oleh hubungan seksual. Namun, penggunaan jarum suntik tidak steril dan transfusi darah juga dapat menjadi sumber penularan virus.

“Selama tiga sampai empat tahun terakhir, 70 sampai 80 persen penularan HIV di Jakarta berasal dari hubungan seksual. Sementara itu, 20 sampai 40 persen bersumber dari penggunaan jarum suntik, dan sisanya berasal dari transfusi darah,” ucap John, seperti dilansir Kompas.com, Rabu (17/6/2015).

Solusi Pencegahan

Tak perlu cemas, pada dasarnya ketiga penyakit tersebut dapat dicegah sejak awal dengan melakukan deteksi dini di laboratorium kesehatan. Kanker serviks, misalnya, bisa dicegah dengan menjalani skrining Pap Smear.

Pap Smear bertujuan untuk melihat perubahan bentuk dan fungsi sel-sel serviks. “Sampel sel dari serviks diambil untuk mengetahui ada atau tidaknya sel-sel abnormal,” ujar Diah kepada Kompas.com, Rabu (16/11/2016).

Selain itu, kanker serviks juga bisa dicegah dengan vaksinasi HPV. Penyuntikan vaksin ini berfungsi untuk merangsang sistem kekebalan tubuh sehingga mampu mencegah HPV menginfeksi sel di leher rahim yang kemudian dapat berkembang menjadi kanker.

Berbeda jenis kankernya, beda pula metode pemeriksaannya. Untuk kanker payudara, deteksi dini bisa dilakukan dengan mamografi—pemeriksaan dengan sinar X untuk mengecek jaringan payudara.

Melalui pemeriksaan ini, indikasi adanya kanker sudah dapat diperkirakan meskipun belum ada benjolan. Lebih lanjut, pemeriksaan ultrasonografi (USG) payudara pun bisa dilakukan untuk memperjelas hasil mamografi.

Sementara itu, komplikasi kehamilan dan melahirkan dapat dicegah dengan rajin memeriksakan kehamilan secara teratur. Wanita hamil diharapkan rutin melakukan USG dan berkonsultasi dengan ahli kandungan untuk memantau kondisi janin.

Adapun pencegahan masalah kesehatan reproduksi bisa dilakukan dengan mengikuti edukasi kesehatan seksual yang diadakan di pusat layanan kesehatan oleh pakar kesehatan. Melakukan tes HIV dan berkonsultasi secara langsung dengan dokter pun sangat dianjurkan.

Akan lebih baik lagi bila beragam aktivitas pemeriksaan kesehatan tersebut dilakukan di pusat layanan kesehatan khusus perempuan.

Umumnya, pusat layanan kesehatan seperti itu merancang ruang pemeriksaan dengan desain interior yang lembut dan diberi sentuhan kewanitaan sehingga pasien akan merasa nyaman. Fasilitas dan tenaga ahlinya pun sudah disesuaikan dengan kebutuhan para wanita.

Nah, kalau tempatnya sudah enak, tak ada alasan lagi menunda melakukan pemeriksaan kesehatan. Ingat, penyesalan selalu datang belakangan. Maka dari itu, jaga terus kesehatan!


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com