Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/04/2017, 20:45 WIB

 

 

KOMPAS.com - Kopi adalah bahasa tersendiri, demikian aktor Jackie Chan pernah berkata. Mungkin, kalimat Chan tidak ada unsur ilmiah. Tapi, penelitian ilmiah mendukung apa yang diucapkannya.

Banyak penelitian telah memelajari efek minuman terhadap kesehatan fisik seperti kanker, jantung atau diabetes.

Kopi, bukan hanya mengandung antioksidan yang bagus untuk tubuh, tapi juga punya manfaat untuk kesehatan mental, menurut Vinita Mehta Ph.D., Ed.M., psikolog klinis di Washington D.C. Berikut tiga manfaat minum kopi bagi psikologis kita.


1. Membuat kita lebih fokus pada hal positif

Ada penelitian yang menyebutkan bahwa kafein dalam dosis normal dapat meningkatkan kinerja perilaku dan kognitif sederhana.

Peneliti menemukan bahwa ketika mengonsumsi 200 miligram kafein (setara dengan dua sampai tiga cangkir kopi) 30 menit sebelum melakukan tugas verbal, kemampuan relawan mengingat kata-kata dengan konotasi positif meningkat.

Menariknya, hal yang sama tidak terjadi pada pada kemampuan memroses kata-kata netral atau negatif.

Para peneliti menduga, mungkin ini terjadi karena kemampuan kafein membangkitkan neurotransmiter dopamin. Dopamin adalah hormon yang dikenal sebagai hormon kesenangan atau hormon pengatur rasa senang.

2. Secangkir kopi panas meningkatkan kepedulian kita pada orang lain

Telah ada berbagai penelitian yang menekankan pentingnya kontak fisik yang penuh kasih sayang ketika manusia berada di awal-awal kehidupannya.

Kontak fisik hangat yang diterima seorang anak akan turut memengaruhi kemampuannya menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain, ketika si kecil beranjak dewasa.

Riset mengatakan, bagian otak yang disebut insula lah yang berperan dalam mengeratkan hubungan antara sentuhan hangat dengan kemampuan menjalin hubungan baik.

Berdasarkan studi ini, ada peneliti yang merasa penasaran, apakah ada hubungannya antara bersentuhan dengan benda panas/dingin dengan kemampuan seseorang berempati kepada orang lain.

Kemudian, peneliti merekrut beberapa relawan. Relawan-relawan itu diminta naik lift bersama peneliti sambil memegang secangkir kopi.

Ada yang memegang kopi panas/hangat, ada yang memegang es kopi. Sementara peneliti menuliskan beberapa informasi yang dilihatnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com